Kita tidak pernah bisa memaksa hati untuk berlabuh ke mana, jatuh dan mencintai siapa. Terkadang, untuk sesuatu yang kita harapkan bersandar padanya, justru tertolak belakang. Ya, begitulah rasa cinta, sangat unik, ia tidak bisa dipaksa. Bahkan, kehadirannya bisa dengan alasan yang tidak bisa diterka, atau tidak bisa dijabarkan dengan kata-kata. Kita boleh berencana mencintai siapa, tapi bisa jadi hati berpaling darinya.
Entahlah, aku harus menamai ini apa. Pembawaan dari energi negatif atau positif. Namun, aku menaruh prasangka dan doa baik, semoga hadirnya rasa ini adalah rahmat yang baik dari-Nya.
Tiap kali aku berjumpa dengan anak-anak, terlebih mereka yang usianya di bawah remaja. Aku sering menaruh kagum, senang, ada bahagianya sendiri pada mereka. Apalagi kalau anaknya laki-laki yang rajin, sholeh, baik. Itu idaman banget. Aku pada anak-anak itu, ada rasa senang setiap kali melihat mereka terlepas senyum bebas, tertawa bahagia, berlari ke sana-ke mari. Bahkan, terkadang nyaman saja mengajak mereka ngobrol, meski banyak nggak nyambungnya terkait apa yang kita obrolkan. Secara, dari usia saja kita sudah berbeda.
Baca Juga: Dari Cappadocia Hingga Sentul; Sensasi Camping yang Serupa Namun Tak Sama
Yang membuat nyaman itu, baunya anak-anak. Berada di dekat mereka itu menambah semangat dan mengembalikan mood. Terkadang suka ingin peluk atau mencium pipinya. Namun, hal itu sering aku hindari, karena aku takut nanti justru menjadi prasangka buruk dari orang-orang, terlebih orang tuanya. Terkecuali, memang atas izin orang tuanya. Dan yang paling sering itu aku lebih suka ngajak mereka foto bareng, buat kenangan. Nah, ini yang paling aneh menurutku, karena kalau kita sudah pernah foto bareng, rasa itu tidak begitu istimewa lagi. Justru biasa saja, merasa seperti bersahabat. Lucu ya, bersahabat dengan umur yang terlampau jauh, meski banyak juga kisah sahabat yang beda usia.
Kadang, ada rasa khawatir juga, dan tanda tanya pada diri. “Aku normal nggak ya, punya rasa seperti ini?” Ya, begitulah pertanyaan yang sering terlontar di benakku. Secara, mereka anak-anak dan lebih banyak senangnya sama anak-anak yang laki, meski ada beberapa di antaranya anak perempuan. Tapi, ini nggak berlaku bagi mereka yang sudah remaja atau yang sudah baligh, karena rasa itu tiba-tiba menghilang.
Aku sudah berusaha mencari bacaan atau artikel yang sekiranya membahas hal ini, tapi belum juga menemukan. Mungkin, pencarianku yang kurang luas dan rasa ingin tahuku akan hal ini yang kurang besar, sehingga berakhir dengan tidak mendapatkan jawaban apa-apa.
Namun, aku sangat yakin. Bahwa itu bukanlah suatu penyakit atau kebiasaan yang dapat menimbulkan efek buruk. Karena dalam beberapa nasihat yang aku pernah dengar secara langsung maupun dari beberapa konten yang berseliweran di beranda media sosial, juga beberapa bacaan yang aku baca; bahwasanya anak-anak kecil itu mereka masih polos, dalam artian masih suci atau terlepas dari dosa. Mencium tangan mereka atau memeluk mereka itu adalah hal baik. Ya, wallahu ‘alam. Hanya Allah yang Maha Tahu isi hati manusia, dan hanya Dia-lah yang tahu tujuan hati dan rasa itu. Terlepas dari itu pula, kembali kepada yang memandangnya. Aku pun berusaha mengontrol diri dan menjaga agar tidak berlebihan. Hanya sekadar mengagumi dan menjadi penyemangat untuk diri agar tetap berbuat bajiki dan mendekatkan diri pada Allah.
“Ya Rabb, aku bersandar padamu atas perasaan yang engkau hadirkan dari pada hamba-hambaMu itu. Semoga pencarian ini berhasil menemukan jawaban dan solusi yang baik. Sandarkan aku pada cintaMu Ya Allah.”
Jujur, ada sedikit kekhawatiran dan ketakutan akan perasaan itu. Bagaimana pandangan sahabat pembaca sekalian, jika ada masukan dan ada yang punya jawaban serta solusi, bisa munghubungiku melalui Instagram @pecandusastra96.