SUNGAI HIJAU
angin dingin mengalir
di sela daun-daun suplir
kecemasan yang bergetah
sekalian seteru bertemu
memburu dan menyaru
sungai hijau sungai hijau
ah! perjalanan
di sela-sela kaki
tawar menawar
antara angan dan ingin
SUNGAI JINGGA
sampai surut air
sajakku tetap mengalir
di antara batu
menuju muara
hingga cakrawala
garis jidatku
SUNGAI KUNING
sambil mematut
dalam mangu mayung
resah kuapkir ke pinggir
menunggu kabar gerimis
membawa sangsai di dahan
tembang maskumambang
terdengar di sela daun
yang mengambang
terbawa arus
SUNGAI BIRU
demikian bagai balon terbang
pelan-pelan kau hilang
tersesat di awan
ibrahim,
dua sloki wiski
dan sepuluh gelas bir
mempertemukan malam dan siang
sementara dari kamar
berlarian hewan liar
menembus remang
sedang di luar tak ada apa-apa
hanya seorang filolog tua
sedang mengais-gais
bekas tembakan di tembok
sisa-sia perang
dari masa lalu
SUNGAI HITAM
malam kelam
serangga terdiam
bunga nangka bernyanyi
lagu sunyi
sungai hitam mengalir di nadi
betapa derasnya arus kali
berjarak maut telah menanti
berdiri di ujung gelap
siap menyergap
SUNGAI KELABU
di sungai kelabu
perahu terus melaju
menerbangkan air dan ragu
langit serupa warna mendung
anjungan dan buritan bergetar
dihantam angin selatan yang liar
di muara menunggu kabar
tentang perburuan yang tak terkejar
sungai, angin, laut dan ragu
seorang ibu