“Berdo’alah jatuh, bahkan sejatuh mungkin. Asal sekali saja. Sehingga cintamu benar-benar jatuh di tempat istimewa”
Bagaimana kalau jatuhnya berkali-kali? Tidak masalah. Sebab jatuh itu bermacam-macam jenisnya. Terpelanting, tersungkur, atau sekedar tersandung. Yang jadi soal adalah jika kita tak pernah merasa jatuh: Falling in Love.
Tentu rasa syukur tersendiri, bagi siapa saja yang pernah merasakannya. Entah sampai tahap jatuh, ataukah sekedar berjalan dalam fantasi perasaan. Maka bergembiralah, sebab cinta tak mengenal usia. Meskipun cinta bisa datang sebelum saling mengenal.
Entah muda atau tua. Remaja atau sudah dewasa. Mahasiswa atau sudah bekerja. Tak ada satupun hak dasar hidup seseorang untuk memilih atau bahkan menentukan dengan siapa dan kapan perasaan cinta ini akan muncul.
Terlihat sepele memang, bahkan biasa aja nampaknya. Namun seseorang yang sedang dilanda musim cinta, maka bersiaplah dengan segala cuacanya. Sedini mungkin kenali gejalanya, agar benar-benar bisa menghargai nikmatnya jatuh cinta.
Setidaknya, ada beberapa gejala yang perlu diketahui bersama. Siapa tahu diantara kita sedang merasakannya. Bisa saling waspada dan menyiapkan diri untuk menyambutnya.
Berikut beberapa gejala yang dirangkum oleh tim Mading.id:
Pertama, ingin memberi perhatian lebih. Entah sejak kapan, keinginan ini tumbuh. Yang jelas, rasa itu akan mengalir begitu deras. Bahkan sulit dibendung jika mata air perhatian mulai tumbuh dan melimpah.
Rasa-rasanya, hanya perhatian kitalah yang dibutuhkannya. Bahkan, perhatian yang kita berikan terkadang melebihi cara kita merawat diri sendiri. Tentu ini gejala baik. Kita akan belajar tanggung jawab dan peduli dengan orang lain. Asal masih pada tahap kewajaran.
Kedua, ingin diperhatikan lebih. Setelah belajar mencurahkan perhatian, mengelola perasaan menjadi lebih peduli terhadap orang lain; dampak falling in love. Biasanya perasaan ingin mendapatkan perhatian lebih akan timbul.
Memang belum tahap kecemburuan, namun semacam obat atau vitamin untuk memelihara energi perhatian ini terpelihara. Hal ini wajar sekali, merasa sudah memberi, lantas menuntuk balik.
Semacam reward perasaan satu sama lain. Tentu tak bisa jadi ukuran, apakah setiap perhatian yang kita berikan lantas mendapatkan imbal balik kasih sayang. Maka bersabarlah, sebab perasaan tidak bisa dipaksa.
Ketiga, bedakan rasa ingin memiliki atau ingin menyayangi. Terkadang suasana kebatinan ini cukup menipu. Bahkan mengaburkan kejernian berfikir. Sah-sah saja, bagi seseorang yang awalnya ingin menyayangi tapi lambat laun ingin memiliki. Mulanya saling perhatian, ingin menuntut lebih menjadi kasih sayang.
Tidak menutup kemungkinan, egoisme perasaan dan keakuan semu, terkadang menjerat kematangan berfikir. Kapan kita harus menyayangi, kapan keinginan untuk memiliki, harus terukur. Jika tidak, maka akan dirundung kecemasan. Bahkan kekecewaan.
Tentu, setiap perasaan tidak bisa disimplifikasi, dianggap sama. Gelaja perasaan satu dengan lainnya sangat beragam. Apalagi saat mengekperesikannya. Tidak ada batasan pasti. Mana dari hati atau sekedar reaksi.
Yang jelas, bagi yang sedang merasakan ketertarikan pada lawan jenis, pandai-pandailah mengolah perasaan. Sehingga cinta itu menghidupkan, bukan mengugurkan kehidupan.
Maka berdoalah sebaik mungkin. Siapa tahu doa’-do’a itu menjadi tongkat pegangan, disaat terjatuh dalam perasaan cinta. Sebab cinta adalah suci, yang kotor adalah perasaan ingin memiliki tapi tidak bertanggung jawab. Semoga bermanfaat.