Karagoz dan Hacivat, Wayang Kulit Turkiye dari Jawa

172
Photo by:cdn.travelatelier.com/

Wayang. Siapa sangka jika kesenian tradisional yang populer di Indonesia ternyata terdapat di belahan bumi lainnya? Iya, Turkiye ternyata mempunyai kesenian tradisional pertunjukan seni wayang kulit yang biasa disebut dengan karakter utamanya, Karagoz dan Hacivat.

Menjelang bulan Ramadhan hingga hari raya Idul Fitri, masyarakat Turki biasanya disuguhi pertunjukan wayang kulit drama Karagoz dan Hacivat di berbagai pagelaran, baik yang dipentaskan pemerintah kota maupun lembaga-lembaga lokal. Kebiasaan tersebut telah menjadi tradisi pada setiap bulan Ramadhan di Turkiye.

Baca juga: Nasib Doa Orang Yang Puasa

Jika ditarik sejarahnya, menurut suatu riwayat, wayang Turki ini berasal dari Jawa. Pedagang dari Turki Utsmani yang pernah singgah ke Jawa dan India merasa terinspirasi dengan wayang kulit yang ada di Jawa, sekembalinya ke Turki mereka lantas menciptakan wayang kulit sendiri dengan karakter pewayangan yang disesuaikan dengan budaya setempat.

Menurut riwayat lain, wayang kulit di Turki mulai mendapatkan perhatian dan tempat di kerajaan pasca Sultan Salim I merebut Mesir pada tahun 1517, ia menyaksikan pertunjukan wayang kulit yang di dalamnya dipentaskan prosesi hukuman gantung Sultan Mamluk Tomanbay, Sultan Salim I sangat menyukai pertunjukan tersebut. Kemudian dia membawa seniman dari Mesir ke Istanbul, dan seniman ini melatih seniman-seniman lain di Istanbul untuk mengembangkan kesenian wayang di Turki.

Sekarang pertanyaannya, siapakah sebenarnya Karagoz dan Hacivat itu? Bagaimana sejarahnya hingga kedua nama itu dijadikan sebagai simbol drama pewayangan Turki?

Dalam riwayat Evliya Celebi, seorang sejarawan Turki pada karyanya, menyebutkan bahwa Karagoz dan Hacivat adalah dua pekerja bangunan yang ditugaskan untuk membangun sebuah masjid pada masa pemerintahan Sultan Orhan Gazi. Nama asli dari Karagoz adalah Ahmet Bali Celebi, saat orang-orang Turki berhasil menaklukkan daerah Bursa dari tangan Romawi, Karagoz adalah seorang pandai besi yang memutuskan untuk bertempat tinggal di Bursa. Nama Karagoz secara harfiah memiliki arti “mata yang gelap”, mendapat julukan seperti itu sebab ia mewakili kaum yang buta huruf, namun ia berkepribadian lugas. Sedangkan Hacivat memiliki nama asli Haci Ivaz, ia lebih mewakili kalangan berpendidikan, dalam pekerjaan bangunan tersebut ia berperan sebagai mandornya.

Selama pembangunan masjid, Karagoz dan Hacivat seringkali terlibat dalam perdebatan dan pertengkaran manis yang menghibur para pekerja lainnya, jadi semua orang berhenti bekerja dan malah asyik menonton Hacivat dan Karagoz. Sebab itu, pembangunan masjid tidak selesai tepat waktu.

Ketika mengetahui pembangunan masjid tak kunjung selesai, Orhan Gazi marah dan menanyakan hal tersebut kepada arsitek masjid. Sang arsitek memberikan nama Karagoz dan Hacivat kepada Orhan Gazi. Setelah itu, Orhan Gazi memutuskan untuk menghukum mati Karagoz dan Hacivat atas perbuatannya yang menghambat pembangunan masjid tersebut.

Beberapa waktu setelah Karagoz dan Hacivat dihukum, Orhan Gazi kemudian menyesali keputusannya yang telah terlanjur dilaksanakan, berhari-hari ia larut dalam kesedihan. Seorang penasehat bernama Syekh Kustari memiliki ide untuk menenangkan kesedihan sang sultan dengan membuat wayang Karagoz dan Hacivat. Dengan demikian, Syekh Kustari tercatat dalam sejarah Turki sebagai pencipta drama Karagoz dan Hacivat.

Wayang kulit Karagoz dan Hacivat ini menyebar dan populer hingga ke beberapa daerah yang dahulu menjadi bekas wilayah kekhalifahan Turki Utsmani, seperti Yunani, Georgia, Azerbayjan hingga Bosnia dan Herzegovina.

(red/Mading)