Urun Rembug Atasi Dampak Perubahan Iklim

419

Wakil Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Nusron Wahid dalam dialog interaktif bersama para menteri dengan tema Pengelolaan SDA Berkelanjutan, Perlindungan Lingkungan Hidup dan Transisi Energi mengatakan ada dua isu tentang pengendalian perubahan iklim dan perhutanan yang diangkat dalam acara Harlah ke-99 NU di Palembang, Sumatera Selatan.

Isu tersebut diangkat bukan tanpa alasan. Pasalnya, masalah pengendalian perubahan iklim ini menurutnya harus menjadi perhatian bersama. Dirinya menilai bahwa perubahan iklim terjadi disebabkan jagat yang tidak terawat.

“Iklim ini berubah yang seharusnya musim penghujan, tiba-tiba panas. Yang seharusnya musim panas tiba-tiba hujan. Itu semua karena pola kehidupan kita yang berubah dan karena alamnya yang dirusak,” ujar Nusron di GOR Dempo Jakabaring Sport City, Sabtu (5/3/2022).

Kerusakan alam ini, lanjutnya, mau tidak mau hanya bisa dilakukan dengan dua tahap. Pertama, konservasi alam dan rehabilitasi alam.

Yakni bagaimana alam supaya kembali pasif, hutan kembali muncul dan tumbuhan menjadi banyak supaya oksigen yang diserap menjadi sehat.

“Sekarang kita hidup di kota katakanlah di Apartemen atau di Komplek bentuknya berbeda bangun tidur tidak fresh karena oksigen yang kita serap kotor.

Itulah dalil kenapa perlunya konservasi alam dan rehabilitasi alam,” ucapnya.

“Actionnya apa? Kemarin sudah disampaikan oleh banyak pembicara tentang rencana aksi yang ditawarkan dalam rangka untuk konservasi dan rehabilitasi alam dengan penanaman pohon dan lainnya,” sambungnya.

Penyebab kedua perubahan iklim menurutnya adalah terlalu banyak karbon yang keluar dan pembakaran emisi. Ia kemudian mencontohkan listrik yang masih memakai batu bara. Hal itu dinilai telah mengubah iklim.

“Makin banyak mobil dan motor di Indonesia iklim akan berubah, situasi tidak menentu pola cocok tanam pun akan berdampak dan PD Perhutani ikut berdampak.”

“Jika itu terdampak biasanya masa depan pondok pesantren pun terdampak karena para santri banyak yang hidup dari hasil pertanian,” tutur Nusron.

Berangkat dari persoalan tersebut Nusron mendesak NU harus keluar dari prosedur dan berani melakukan fatwa.

Pemerintah saat ini akan menciptakan mobil listrik, semua mobil nanti akan ganti. Selain untuk mengurangi emisi dan fosil yang murah selain mobil listrik yaitu kompor listrik.

Ia kemudian memberi contoh terkait gas elpiji yang dinilai akan mempengaruhi perubahan iklim.

Lebih dari itu akibat konsumsi gas elpigi Indonesia setahun impor devisa sekitar 8 triliun karena Gas Elpiji masih impor. Solusinya PLN adalah kompor industry listrik, harganya lebih murah.

“Kami akan menawarkan program ini untuk Muslimat bagaimana edukasi ibu-ibu supaya migrasi dari gas elpiji menjadi kompor listrik dalam rangka mengurangi emisi.

Tujuannya kita harus tahu kenapa iklim berubah karena rusaknya lingkungan dan terlalu banyak energi berbasis fosil yang diterapkan,” imbuhnya.

Solusinya, kata Nusron, yakni kurangi konsumsi energi berbasis fosil dan mendesak NU untuk bisa melakukan kepeloporan di bidang itu.

“Kita harus melakukan kerjasama kalau NU ingin selamat dalam rangka merawat menjaga jagat ini,” kata pria kelahiran Kudus, Jawa Tengah.

Salah satu pengurangan emisi adalah PLTS. Oleh karena itu pihaknya meminta program supaya Dirjen dalam tahap awal membuat lobang kepada pondok pesantren yang mau membangun PLTS.

“Tahap pertama ini kami mohon ESDM membuat contoh supaya menjadi uswah. Jadi perubahan harus dimulai dari tiga pilar. Pemerintah yang membuat kebijakan contoh ada pemimpin yang menginisiasi dan ada rakyat atau pengikut yang samina wa athona,” tandasnya.

Penulis: Suci Amaliyah