POP LP Ma’arif NU Bentuk Guru Hasilkan Model Pendidikan Adaptif dan Inovatif

185

Lembaga Pendidikan Ma’arif NU (LP Ma’arif NU) PBNU menyelenggarakan Penguatan  Literasi dan Numerasi bagi kepala sekolah dan guru di bawah Satuan Pendidikan LP Ma’arif NU, kerjasama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI melalui Program Organisasi Penggerak, tingkat SD di Region Jabar dan Lampung.

Program ini menjadi bagian dari upaya peningkatan kapasitas dan kompetensi pendidik pada umumnya dan pendidik satuan pendidikan LP Ma’arif NU khususnya.

Sekretaris LP Ma’arif NU PBNU Harianto Oghie mengatakan pendidik atau guru  wajib senantiasa mengembangkan sikap diri untuk terus menjadi individu pembelajar mutlak dijalankan dalam upaya peningkatan kapasitas yang adaptif pada tuntutan zaman anak didik dengan profesionalisme.

“Proses pendidikan pada dasarnya kehendak mengubah diri dan komunitas menuju peradaban yang lebih baik,” ungkapnya saat memberikan arahan pada kegiatan Penguatan Pendidikan Literasi dan Numerasi secara hybrid dan serentak di Region Jabar dan Lampung, Sabtu (25/02)

“Karenanya upaya dilakukan terus menerus mengasah diri dengan mengadaptasi model-model pendidikan dan pembelajaran inovatif agar senantiasa relevan dengan dinamika dan perkembangan zaman,” lanjut Oghie.

Oghie menambahkan, ungkapan kata kata guru dapat mempengaruhi sikap, cara berfikir bagi siswa sehingga guru adalah sinar bagi masa depan anak didiknya.

Untuk itu, guru harus memiliki kemampuan  literasi dan numerik, karena yang mampu menguasai dunia saat ini adalah kemampuan literasi dan numerasi dan bahkan  dapat memprediksi masa depan.

Selain kompetensi literasi dan numerasi, kata Oghie, guru juga harus menjadi panutan dan teladan bagi anak-anak didiknya.

“Sebab guru memiliki tanggung jawab terhadap pembangunan dan pengembangan karakter, attitude dan moral serta adab akhlak spiritual anak didiknya,” imbuhnya.

Prof. Alamsyah selaku perwakilan LP Ma’arif NU PBNU mengatakan, di zaman yang sudah maju ini, persaingan untuk masa depan yang cerah memang sebuah hal yang perlu di hadapi. Apalagi di tengah-tengah berkembang pesat nya era digital yang menjadi tumpuan beragam bidang.

“Dengan berkembangnya teknologi dan mudahnya mengakses segala hal, guru harus memiliki kompetensi terhadap banyak hal diantaranya adalah kemampuan literasi numerasi,” terangnya.

Alamsyah melanjutkan, kebangkitan Abad Kedua Nahdlatul Ulama merupakan momentum kebangkitan sains dan teknologi bagi pendidik di satuan pendidikan LP Ma’arif NU.

“Segala hal pasti mengalami perubahan, hanya Allah SWT yang tidak akan pernah berubah,” tegas Alamsyah.

“Dan bekal kita untuk menghadapi perubahan dan kebangkitan sains dan teknologi diantaranya ialah melalui kemampuan literasi dan numerasi yang memadai,” tukasnya.

Perlu diketahui, salah satu peserta kegiatan POP LP Ma’arif NU di Provinsi Lampung berasal dari kalangan non-muslim. Hal ini pun turut menjadi perhatian Alamsyah.

“LP Ma’arif sudah melangkah lebih jauh. Menjadikan pendidikan literasi dan numerasi sebagai simbol toleransi dan penanaman nilai Islam inklusif bagi sesama,” tutupnya.