LP Ma’arif Asah Literasi Guna Ciptakan Anak Didik Inklusif

160

Kurang lebih dua ratus guru dan kepala sekolah Sekolah Dasar (SD) se Provinsi Sulawesi Selsatan, mengikuti diklat Literasi dan Numerasi Program Organisasi Penggerak (POP) Lembaga Pendidikan Ma’arif NU tahun 2023.

Sekretaris Lembaga Pendidikan Ma’arif NU PBNU, Harianto Oghie mengatakan, diklat ini bertujuan untuk memberikan pemahaman bahwa makna literasi tidak hanya sekedar membaca teks tepat bagaimana kemampuan seorang anak didik mampu memahami lingkungan.

“Ruang kelas harus menjadi model untuk menciptakan konteks lingkungan masa depan, fasilitator daerah dan guru harus satu frekuensi untuk mencerdaskan anak bangsa,” kata Oghie.

Peran guru, kata Oghie, semestinya tidak memaksa anak untuk menghafal tapi bagaimana memahami makna dari teks pelajaran yang diberikan.

“Anak saat ini sudah mengenal digital maka seharusnya anak diarahkan berperilaku bijak dalam menggunakan media sosial,” tambahnya saat memberikan arahan di Hotel Aryaduta Makassar, Sabtu (04/03).

Selanjutnya, Ketua Pimpinan Wilayah Nahdlatul Ulama Sulawesi Selatan Hamzah Harun mengatakan pelatihan literasi dan numerasi ini mengarahkan kepada anak didik agar berfikir substantif dan tidak berfikir formalitas.

Anak didik SD, lanjut Hamzah, merupakan ujung tombak masa depan maka seorang guru perlu memberikan perhatian kepada anak didik dan menghindari pola pikiran eksklusif di antaranya tidak boleh mudah mengkafirkan, tidak mudah terlalu terpesona terhadap capaian orang luar, tertutup pada dunia luar dan terlalu terpesona pada milik diri sendiri.

“Idealnya seorang anak harus berfikir bijak, mengambil hal hal yang positif dari luar tanpa meninggalkan apa yang ada di dalam diri, mengambil posisi tengah dalam berfikir,” terangnya.

“Hal ini dikarenakan tingkat SD sebagai peletak dasar pemikiran anak-anak dalam melihat dunia,” tandas Harun.

Pada akhir penutupan, Direktur POP LP Ma’arif SD Dr Suardi melaporkan jumlah peserta yang hadir berjumlah lebih dari 200 orang yang berasal dari Kepala Sekolah dan Guru pada lima Kabupaten berbeda di Provinsi Sulawesi Selatan.

Setelah kegiatan ini, kata Suardi, akan dilakukan pendampingan yang akan dilakukan oleh Fasda (Fasilitator Daerah) dan monitoring yang dilakukan oleh panitia pusat dengan bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten di masing masing sekolah sasaran.

“Fasda yang nantinya akan menjadi pendamping bagi Kepala Sekolah dan Guru adalah mereka yang sudah dianggap lulus dan berhasil setelah mengikuti berbagai pelatihan baik literasi dan numerasi,” jelas Suardi.

“Sehingga guru nantinya akan mendapatkan sesuatu yang baru terkait literasi dan numerasi yang akan diimplementasikan ketika melakukan proses pembelajaran di dalam kelas,” tutupnya.