Listrik merupakan salah satu energi yang sangat dibutuhkan untuk kegiatan sehari hari. Oleh karena banyaknya aktivitas kita di dalam rumah, sobat sadar nggak sih kalau banyak diantara kita yang belum bijak dalam menggunakan energi, terutama energi listrik.
Kalau semenjak diberlakukannya PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar oleh pemerintah pusat memaksa kita jadi melakukan banyak hal serba di rumah. Belajar di rumah, bekerja di rumah, sampai beribadah pun di rumah.
Sudah berapa banyak listrik yang kita gunakan setiap harinya? Sudah hemat energikah sikap kita selama ini? Bagaimana masa depan kita jika tidak hemat listrik?
Tanpa kita sadari kenaikan penggunaaan energi listrik di rumah selama pandemi ini cenderung meningkat. Bagaimana cara kita menyikapinya? Sejak dicanangkan pertama kali pada Mei 2015, program 35.000 megawatt (MW) PLN mencuri perhatian publik karena skala proyeknya yang sangat besar, dengan proyek tersebar dari Sumatera hingga Papua.
Proyek ini menjadi semacam keharusan di tengah kenaikan konsumsi listrik domestik dari tahun ke tahun.
Listrik Sebagai Kebutuhan Primer Masyarakat
Berdasarkan kalkulasi PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) pada tahun 2015, konsumsi listrik diperkirakan meningkat dari 183.226 MW (2013) menjadi 244.346 MW (2020), atau bertambah sekitar 61.000 MW.
Sudah jelas terlihat bukan, bahwa listrik telah menjadi kebutuhan masyarakat belum lagi semakin banyaknya pasangan yang baru menikah dan membutuhkan rumah, sudah otomatis membutuhkan pemasangan listrik nantinya.
Kebutuhan akan listrik ini meningkat setiap tahunnya dan menimbulkan kekhawatiran untuk masa depan. Walaupun berbagai energi alternatif bervariasi misalnya PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap), PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Angin) dan lain sebagainya namun dalam pelaksanaannya masih perlu kajian mendalam mengenai sumber energi listrik itu sendiri, belum lagi dari sisi kebijakan pemerintah.
Belum lagi pemadaman listrik secara berkala dibarengi dengan kenaikan tarif dasar listrik. Rasanya apa benar PLN belum mampu mensuplai kebutuhan listrik masyarakat dengan cukup? Bagaimana kaitannya dengan masa pandemi selama di rumah aja? Apa yang bisa kita lakukan?
Krisis Energi di Indonesia
Isu mengenai krisis energi di Indonesia tentunya sudah lama digaungkan dari berbagai pihak maupun kalangan, dari mulai aktivis lingkungan, komunitas lingkungan bahkan sampai capres pada pilpres tahun 2019 lalu juga mengangkat isu ini.
Kita menyadari bahwa kehidupan kita saat ini tidak bisa terlepas dari yang namanya perangkat-perangkat yang bersumberkan listrik.
Dari mulai handphone dan laptop yang butuh di-charge, selain itu hampir seluruh peralatan rumah tangga seperti rice cooker, setrika, lampu, mesin cuci, kulkas dan lain-lain itu, semuanya memerlukan energi listrik.
Memang tak dapat dipungkiri bahwa kemajuan teknologi telah membawa kita kepada efektivitas atau kemudahan dalam menjalankan aktivitas yang kita butuhkan.
Tapi di samping itu, jika kita tidak mampu mengimbanginya dengan sikap atau perilaku kita dalam hemat listrik maka yang ada hanya ketergantungan dan keserakahan saja tanpa peduli mengenai masa depan bersama.
Belum lagi total biaya listrik per bulannya yang harus dibayar, walaupun harganya kurang lebih Rp 1000 perKWH namun belum mampu menyadarkan kita sampai menjadi bijak berenergi.
Belum lagi pada kenyataannya pemerataan penyaluran listrik ke daerah-daerah terpencil masih perlu diperhatikan. Oleh karena itu sobat, bagi kita yang sudah berada dalam tatanan masyarakat yang kondusif dengan berbagai sarana dan prasarana sudah sepatutnya kita menjadi bijak dalam berenergi agar ke depannya tidak sampai terjadi krisis energi yang mengancam hidup kita.
Dalam menghadapai masa pandemi ini, selain tertib dalam menjaga jarak dan kebersihan, kita juga harus bijak dalam menggunakan energi. Berikut beberapa tips agar bijak dalam berenergi yang dapat kalian lakukan selama masa pandemi di rumah aja.
1.Bijak Dalam Menggunakan Perangkat Elektronik
Tips yang pertama ini adalah yang paling mudah untuk dilakukan sobat semua. Cara menghemat energi dilakukan dengan mematikan segala perangkat elektronik yang memang sedang tidak dipakai. Contohnya saja pemakaian lampu yang dibiarkan menyala pada siang hari atau dalam kata lain belum menuju waktu malam hari.
Oleh karena itu, dalam penataan suasana rumah agar terasa terang dan nyaman diperlukan ventilasi agar siklus udara yang berlangsung serta cahaya yang cukup masuk ke dalam rumah. Sehingga disarankan agar beraktivitas lebih banyak di siang hari agar penggunaan listrik dapat lebih dihemat.
Seringkali AC atau kipas angin dibiarkan menyala ketika dirasakan tidak sangat perlu untuk dinyalakan. Bukan berarti dengan masa pandemi di rumah aja kita menjadi bermalas-malasan di kamar saja rebahan, namun tentu banyak aktivitas lainnya yang produktif dapat kita lakukan.
Dalam penggunaan AC maupun kulkas sebagai pendingin, sebaiknya jangan sering dibuka dan ditutup pintu ruangan maupun pintu kulkasnya. Karena dengan perilaku tersebut, perangkat elektronik tersebut akan menaikkan daya listriknya untuk bisa menyesuaikan suhu ruangan menjadi kembali dingin. Dan ini akan menyedot energi listrik yang cukup besar.
Gunakan Gadget Secara Bijak
Begitu juga dengan charger handphone ataupun laptop yang biasanya masih dicolok ke dalam stop kontak ketika perangkatnya sudah dilepas dari charger tersebut. Hal ini tanpa disadari juga mengkonsumsi energi listrik sobat.
Karena selama masa pandemi ini, penggunaan handphone atau gadget lainnya menjadi sering maka sobat semua harus bijak dalam menggunakannya. Jangan terlalu sering melihat media sosial ataupun main game yang hanya akan membuat handphone atau gadget kalian habis energinya dan ujungnya harus di-charge lagi.
Berapa sering sobat kehabisan baterai pada handphone atau gadget dalam sehari? Nah, oleh karena itu sebaiknya handphone atau gadget sebaiknya digunakan untuk hal-hal penting dan bermanfaat saja seperti belajar dan bekerja.
Selain itu, banyak aktivitas kita di rumah yang membutuhkan sumber air seperti untuk memasak, mencuci piring, mencuci baju, ataupun mandi, hal ini seringkali menjadi penyebab dari borosnya penggunaan listrik. Misalkan sebentar-sebentar menyalakan saklar untuk menghidupkan mesin air misalnya untuk memasak air dan sebagainya.
Hal ini tanpa disadari juga meningkatkan daya listrik yang berujung pada kenaikan KWH di tagihan listrik kita nantinya. Jadi sebisa mungkin kita selalu peka terhadap situasi dan kondisi lingkungan agar bijak dalam menggunakan perangkat elektronik.
2. Gunakan Peralatan Elektronik yang Ramah Lingkungan
Cara menghemat energi yang kedua adalah dengan menggunakan atau beralih kepada alat-alat elektronik yang lebih hemat energi. Misalnya mengganti lampu bohlam atau neon dengan lampu LED. Selain penerangan yang lebih baik, 5 watt lampu LED mampu mengganti lampu bohlam biasa berdaya 18 watt. Sehingga akan jauh lebih hemat bukan? Walaupun selisih harga lampunya sedikit.
Selain lampu juga ada TV LED yang biasanya lebih ringan dibandingkan dengan TV tabung. Walaupun layarnya yang lebar namun TV LED hanya menghisap daya listrik setengah dari TV tabung.
Ada juga AC yang memiliki programmable thermostat (pengatur suhu ruangan) yang mampu mengkondisikan suhu ruangan terhadap jumlah orang yang berada di ruangan tersebut atau menggunakan AC yang dilengkapi dengan teknologi inverter atau dual-inverter yang dapat bekerja lebih efektif mendinginkan ruangan.
Lampu taman bertenaga surya dan lampu dengan sensor cahaya dapat dijadikan pilihan yang tepat. Kulkas hemat energi dan ramah lingkungan serta mesin cuci berdaya listrik rendah juga dapat anda pertimbangkan untuk dimiliki.
3. Mengubah Gaya Hidup
Dalam tips yang ketiga, gaya hidup nggak kalah pentingnya untuk dapat kita cek dan perbaiki ke depannya. Misalnya sobat kalau kalian memiliki kebiasaan berlama-lama ketika mandi, sebaiknya diubah agar jangan terlalu lama selain menghabiskan waktu dengan menyalakan keran air padahal bak kamar mandi masih penuh terisi, hal tersebut menyebabkan pemborosan energi listrik.
Lakukan aktivitas kalian seefektif dan seefisien mungkin. Selain itu sobat, kebiasaan kita dalam menggunakan pengering mesin cuci sebaiknya diubah saja manual dengan menjemur baju secara langung di bawah terik matahari.
Sambil berjemur kan lumayan banget sobat bisa mendapatkan vitamin D yang penting untuk kesehatan kita bukan?
Kebiasaan kita yang kerap menggunakan AC juga perlu memperhatikan situasi dan kondisi, misalkan sedang tidak panas sekali sobat bisa menggantinya dengan menggunakan kipas angin saja yang daya listriknya lebih kecil.
Kalau di sekolah atau beberapa kantor kalian bekerja dengan menggunakan komputer, maka selama masa pandemi ini sebaiknya diubah dengan memakai laptop saja.
Karena selain daya listrik yang lebih rendah, laptop juga memiliki baterai cadangan sehingga tidak perlu selalu dicolok ke stop kontak seperti halnya komputer.
Dalam memasak, ibu-ibu umumnya menggunakan blender untuk membuat sambal atau bumbu lainnya atau juga mixer untuk membuat kue.
Kalau sobat mau menghemat energi listrik, sebaiknya membuat sambal tadi bisa diganti dengan manual atau menguleknya langsung serta membuat adonan dengan pengaduk manual saja.
Listrik Untuk Masa Depan
Nah sobat ketiga tips tadi bisa kita coba lakukan yah bukan hanya selama masa pandemi di rumah aja, tetapaci juga demi masa depan. Kalau bukan kita siapa lagi yang akan bertanggung jawab atas keberlangsungan hidup yang baik di negara kita khususnya Indonesia.
Semoga ke depannya bangsa ini akan melahirkan generasi-generasi cerdas yang mampu mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada agar bangsa ini kelak maju dan menjadi bangsa yang berkualitas. Semoga pandemi ini cepat berlalu, dan bangsa ini pulih kembali ya. Salam lestari!