Oleh: Al Habib Abdul Qadir bin Thoha Baagil
Ujian Covid 19 ini menunjukkan secara telanjang kepada kita bagaimana watak sebagian anak bangsa yang ternyata senangnya saling tuding dan salah menyalahkan. Sebagian rakyat menyalahkan pemerintah yang dianggap lambat, pemerintah juga menyalahkan rakyat karena dianggap abai terhadap aturan. Belum lagi anasir bibit bibit oknum yang punya “gen” pengacau. Disintegrasi adalah yang mereka harapkan.
Pertanyaannya, apakah kita benar benar serius ingin keluar dari masa masa sulit pandemi ini? Jika iya, mari bekerja sama.
Pertama, ikuti protokol kesehatan. Kapan lagi kita punya kesadaran kolektif tentang pentingnya menjaga pola hidup sehat, bersih dan higienis, kalau tidak sekarang. Sekarang lah saatnya kita mengamalkan amanat hadits bahwa “ath thohuru nisful iimaan”, kesucian adalah separuh iman. Atau “An nazhaafatu minal iimaan“, kebersihan adalah sebagian dari iman. Dulu selogan ini kerap kita ucapkan, hari ini mari kita amalkan.
Kedua, ikuti himbauan Social Distancing, Physical Distancing, dan Anjuran Jangan Mudik. Dan ini sunnah. Karena Kata Nabi, jika kau temukan di suatu wilayah terjangkit wabah, jangan masuk. Dan jika kamu kadung berada di dalam, jangan keluar. Demikian tuntunan hadits. Dalam Al Qur’an ditegaskan “walaa tulquu bi aydiikum ilat tahlukah”, jangan menceburkan dirimu ke dalam kerusakan. Artinya, menjaga diri dari penyebaran wabah adalah sebuah ikhtiar untuk menjaga diri “hifz an nafs”, dan menjaga keluarga serta lingkungan kita.
Ketiga, Stay at Home, Study at Home, Work From Home dan Pray at Home. Jangan berdebat lagi. Apalagi soal ibadah di rumah atau di masjid. Prinsip dari Agama adalah menyelamatkan, dan tujuannya adalah maslahat. Maka, “Yassiruu walaa tu’assiruu”, permudah jangan dipersulit. Untuk shalat saja, jika tak mampu berdiri, Agama mengatur boleh duduk. Jika tak mampu duduk, maka berbaring, dan seterusnya. Artinya, Agama memberikan alternatif-alternatif. Maka please stay at home hingga situasi kembali pulih.
Keempat, yuk Isolasi Mandiri, dengan catatan, bangun Solidaritas. Sebab fenomena ini tidak bisa kita hadapi sendirian. Silahkan RT-RT membatasi akses, komplek-komplek, dan kampung-kampung. Tapi si kaya dan si miskin harus berkolaborasi. Prinsipnya subsidi silang dan saling bantu. Dan ini khas bangsa kita, local wisdom kita, yakni gotong royong. Nah, jika satu kampung atau komplek sudah melakukan isolasi mandiri dan penduduknya disiplin, maka tak masalah jika mushala atau masjidnya menggelar shalat berjamaah tapi dengan protokol kesehatan dan disiplin yang ketat.
Alhasil, jika hal ini berjalan dan masif, dengan prinsip kebersamaan, insyaallah masa masa sulit ini akan kita lewati. Agama mengajarkan “Likulli da’in dawa’un”, setiap penyakit ada obatnya. Dan obat yang paling ampuh, adalah mencegah persebarannya. Allaahu akbar. Kita bangsa besar, maka harus bermental besar. Kebersamaan dan solidaritas adalah kunci keberhasilan kita dalam melewati masa masa sulit ini. “Inna ma’al ‘usri, yusraaa”. Ingatlah, setelah kesulitan, ada kemudahan. Itu lah janji Allah. “Innallaaha laa yukhliful mii’aaad”, dan Allah tidak akan mengingkari janji-Nya.