Oleh:Kiki Esa Perdana
(Pegamat Pop Culture dan Dosen Tanri Abeng University)
Pagi itu sekitar pukul 09:00 saya sedang menyapu lantai, istri yang berdaster tidur yang belum mandi dari tadi sedang menyuapi anak kami yang sedang agak susah makan, di slah satu stasiun televisi swasta sedang meanayangkan acara yang isinya deretan aktivitas keluarga artis saat pandemi saat #dirumahsaja, mulai dari persiapan masak steak untuk berbuka puasa, persiapan membagikan santunan pada para tetangga, mengajarkan anak berenang di kolam renang pribadinya, ada yang menemani anak sekolah dari rumah, hingga ada yang syuting untuk keperluan channel youtube sambil menjelaskan berbagai tools yang ada di studio pribadi mereka,
Rumah mereka jelas terlihat bersih, jauh sekali dengan rumah saya yang tiap bersih langsung kembali diacak-acak oleh anak kami yang baru berusia dua tahun dengan mainannya. Taman yang rumputnya bersih menggunakan rumput gajah ini terletak tepat dekat kolam renang yang terlihat jernih tanpa kotoran dari dedaunan sekitarnya, alat-alat macam kamera, lensa dan lampu di studio pribadi mereka sudah tersedia tertata rapi di tempatnya, yang sedang meneami beljar anak terlihat laptopnya si anak yang ceritanya sedang bersekolah menggunakan mac pro 15 inchi yang dibandrol seharga 27 juta sambil berbincang dengan guru dan kawan sekelasnya menggunakan bahasa inggris, yang sedang memasak steak terlihat memotong daging daging premium tenderloin wagyu yang kata istri saya kira-kira seharga Rp 200.000 per kilonya, biaya makan kami sekeluarga selama 2 hingga 3 hari. Tampilan mereka semua rapi, bahkan ada yang bersepatu di dalam rumah, “seperti di amerika” ujar saya dalam hati yang keseringan melihat pada saat kecil, orang amerika yang bisa pake sepatu ke dalam rumah bahkan hingga tiduran di kasur, sedangkan mama saya langsung otomatis marah jika melihat amaknya masuk menggunakan sepatu walau jaraknya dekat sekalipun di dalam rumah. Para asisten membantu dengan sigap sebelahnya jika sang majikan butuh pertolongan, keren kata saya dalam hati.
Saya kembali meneruskan menyapu rumah sambil mempersiapkan kain pel yang dari pagi sedang dikeringkan di halaman depan kami yang jelas tak ada taman apalagi kolam renang di sebelah taman.
Kami jelas tidak iri, karena kami sadar pekerjaan kami apa, pekerja biasa sambil mengelola online shop kecil-kecilan, yang jelas pendapatan bulanan kami pun jomplang dengan mereka dan kami pun percaya nasib tiap orang berbeda sesuai porsi nya masing-masing, entah tergoda godaan macam apa jika kami sekaya mereka.
Apakah televisi yang coba untuk sampaikan dalam masa pandemi ini pada kami yang biasa-biasa saja dan juga pada jutaan orang lainnya yang menonton dengan memperlihatkan kehidupan keseharian keluarga para selebritis entah tujuannya apa. Apa mereka mencoba memberikan motivasi tentang menjadi sukses pada kami semua, atau memberikan inspirasi properti bagaimana menata rumah mewah jika kelak kami punya uang segudang seperti halnya Gober Bebek, atau sederhananya ini Cuma hiburan, yang seharusnya membuat kami terhibur dengan melihat para selebritis beraktifitas harian dengan penuh kesempurnaan.
Saya pernah membaca dari salah satu buku tentang media penyiaran bahwa “Media penyiaran juga sangat berpengaruh pada perkembangan masyarakat yang menontonnya”, tapi saya tidak tau perilaku seperti apa yang menyusul pada khalayak saat setealah kita menonton rumah mewah para keluarga selebritis ini, yang semua selalu tampak teratur dan rapi, kehidupan artis yang sepertinya tidak pernah dasteran sambil suapin anak, dan lain normal sebagainya yang orang biasa lakukan.
Tapi memang menyediakan hiburan ini memang sudah diatur dari sananya oleh UU no 32 Tahun 2002 tentang penyiaran yang berbunyi, bahwa “lembaga penyiaran merupakan media komunikasi massa yang mempuyai peran penting dalam kehidupan sosial, budaya, politik, dan ekonomi, memiliki kebebasan dan tanggung jawab dalam fungsinya sebagai media informasi, pendidikan, hiburan.. wajib bertanggung jawab dalam menjaga nilai moral, tata susila, budaya, kepribadian dan kesatuan..dst.”. ya kami sadar, melihat artis full make up saat bangun tidur, lalu berolahraga tanpa mengeluarkan keringat dan rambut tetap rapi tidaklah melanggar batasan tata susila, merusak moral atau merusak persatuan semangat kebangsaan. Tetapi para seniman di televisi ini hadir memang tujuan menghibur dengan berbagai macam aktivitas mereka keseharian, tapi apakah mereka sebenarnya malahan semakin menjauhkan kita semua dari realitas kehidupan?
Pada sebuah artikel, seorang pengajar dari universitas Pelita Harapan Dr. Eduard Depari pernah mengingatkan bahwa “media massa sebagai industri tidak dapat didekati dari sisi bisnis atau ekonomi semata karena industri media massa harus memposisikan diri sebagai institusi sosial, institusi politik, dan sekaligus institusi kultural”, kita memang tidak dapat menyalahkan saat mereka menelanjangi kehidupan pribadi keluarga mereka sendiri untuk keuntungan finansial di televisi pada saat pandemi dan diam di rumah pada saat musim wabah ini berlangsung,
kehidupan keluarga keseharian para artis ini tidak menggambarkan realitas sesungguhnya dari kehidupan nyata, dalam kehidupan artis televisi semua serba sempurna, sedangkan kehidupan nyata malah jauh dari seperti itu, entah memang kehidupan asli mereka pun sama halnya dengan kita yang tidak lepas dari masalah dalam kesehariannya namun televisi mempermaknya supaya semua kelihatan sempurna.
Televisi memiliki banyak fungsi, namun beberapa dari fungsi televisi ini hanya berhenti pada titik “menghibur” saja, tidak sampai fungsi televisi untuk mendidik. Maka akibatnya, banyak tayangan menghibur yang justru menjauhi realitas nilai dan norma yang ada dalam masyarakat.
Sudah ya, saya mau lanjutkan melihat Anang, Ashanty, Arsy dan Aurel senam pagi bersama di dalam rumah dulu..