Berkali-kali Muhammad Muawwad MS gagal dalam mengikuti perlombaan matematika. Bukan gagal mengikut lomba, melainkan tak mendapatkan juara. Tetapi, ia tak pernah patah arang. Selain memang tidak ada ambisi, ia juga ragu dengan kemampuannya sehingga juara tak pernah diraihnya.
Jangankan perhelatan internasional, di tingkat kota saja ia sudah kalah. Tahap paling jauh diikutinya sampai semi final, tidak sampai final.
“Tidak lolos tingkat kota karena mungkin waktu persiapannya memang cukup, tapi hanya masalah mental saja, masih ragu,” katanya kepada Mading.id pada Ahad (11/10/2020).
Dukungan Keluarga dan Orang Terdekat
Meskipun demikian, orang tua dan guru-gurunya terus mendukungnya dan menyuntikkan kepercayaan diri kepadanya. Kegagalannya di berbagai perlombaan tak pernah disambut dengan kemarahan atau perundungan, justru motivasi terus didapatkan dari lingkungannya. Ia pun tidak kapok untuk turut serta berlomba.
Lambat laun, keraguan terhadap kemampuannya terus memudar seiring sudah seringnya mengikuti lomba dan motivasi kepercayaan diri yang terus disuntikkan kepadanya.
Artikel lain tentang Prestasi, dapat dilihat di Indonesia Jadi Delegasi Termuda di 12th NCC 2020.
Ia meyakini, bukan sekadar pintar dan cerdas modal orang dalam meraih kejuaraan, tetapi juga keteguhan mentalnya. Ia percaya diri mampu bersaing dengan siswa lain yang jauh lebih berpengalaman.
“Sebenarnya, kalau mengikuti lomba itu bukan hanya kita harus cerdas atau pintar dalam ilmu yang dipelajari, tapi juga harus punya mental kuat, percaya diri bisa,” kata pria yang menamatkan studi menengah atasnya di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Kota Makassar, Sulawesi Selatan itu.
Terus Berlatih Walau sempat Ragu
Muawwad terus mengikuti pelatihan lomba yang digelar pihak sekolahnya. Tidak hanya di hari-hari belajar, akhir pekan pun terus ia tekuni. Berbagai soal latihan yang diberikan pembimbingnya juga tak pernah ditinggalkannya.
Sampai akhirnya menjelang kelulusan, ia ditawari untuk mengikuti penyisihan lomba langsung di tingkat nasional, untuk lomba tingkat internasional di Jepang. Mulanya, ia masih ragu karena langsung di tingkat nasional. Namun, gurunya menaruh kepercayaan pada dirinya sehingga ia mencoba menuruti perintah gurunya.
“Saya sebenarnya ragu kira-kira lolos nggak. Penyisihannya tingkat nasional. Tapi kata guru suruh ikut saja. Lolos tidaknya tidak tahu, yang penting coba dulu,” kata pria kelahiran Makassar 19 tahun yang lalu itu.
Tak menyangka, ia berhasil mendapatkan perak di tingkat nasional itu, Februari 2019. Ia pun berhak melaju World Mathematics Invitational (WMI) di Fukuoka, Jepang. Muawwad menjelaskan bahwa yang berhak tampil di ajang perlombaan matematika tingkat internasional itu peraih medali emas, perak, dan perunggu.
Lomba di Jepang
Bersama gurunya, ia terbang ke Jepang dari Makassar menempuh perjalanan berjam-jam di udara. Di sana, ia tinggal selama seminggu.
Pada lomba tersebut, soal-soal yang tersaji bukan sekadar penerapan teori belaka, tetapi juga aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari yang tersaji dalam soal cerita.
Sebagai seorang siswa yang mewakili negaranya, tentu Muawwad berupaya keras tampil maksimal dalam ajang tersebut. Kali itu, ia tidak main-main, tidak ragu, dan percaya diri dengan mental yang kuat.



Kepercayaan dirinya itu tidak bertepuk sebelah tangan. Ia berhasil mempersembahkan medali perunggu untuk negerinya tercinta, orang tuanya, dan guru-gurunya di MAN 2 Kota Makassar pada ajang tersebut, Juli 2019.
“Mereka senang dan bangga karena pertama kalinya siswa dari MAN 2 Kota Makassar yang bisa juara di Jepang. Alhamdulillah mendapat dukungan gubernur juga,” katanya.
Sebelumnya, ia juga berhasil meraih perak pada ajang Science Your Future Competition (SYFC) yang digelar oleh Kedutaan Besar Australia, Jakarta pada Mei 2018. Bersama teman setimnya, ia membuat pendeteksi penyakit pada tanaman kakao menggunakan digital image processing. Dengan menggunakan gambar, penyakit pada tanaman kakao sudah dapat terdeteksi.
Kegemarannya pada Matematika
Berbeda dengan umumnya siswa, pria yang kini berstatus mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) ini sudah gemar dengan hitung-hitungan sejak masih kecil. Keikutsertaannya berlatih sempoa di masa kecil dulu membuatnya menyukai matematika hingga sekarang.
Baginya, matematika dapat mengantarkannya bisa berpikir secara logis. Ia suka mengerjakan sesuatu secara berurutan yang hal tersebut juga tersaji dalam matematika. “Matematika itu menuntut kita bekerja dengan sesuai urutannya. Menarik,” ujarnya.
Tentu, matematika bukan sekadar perhitungan belaka. Lebih dari itu, ia ingin menjadikan kegemarannya itu menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat, salah satunya melalui statistika sebagai sebuah penerapan ilmu matematika di kehidupan sehari-hari.
“Menjadi ahli statistik bisa menerapkan ilmu yang kita punya sehingga penerapannya bisa berguna kepada orang lain. Bisa menjadi penyedia data yang tentu berguna untuk orang lain,” begitu harapannya.
Dari pengalamannya itu, pria yang hobi bermain futsal dan mendengarkan musik itu berpesan kepada adik-adik pelajar untuk rajin belajar. Tanpa itu, katanya, kita bukanlah siapa-siapa.
Selain itu, pelajar juga perlu mengembangkan minat dan bakatnya di bidang apapun yang disukainya semaksimal mungkin. “Apapun itu perlu dimaksimalkan sebaik mungkin karena dari kemampuan itu bisa melahirkan prestasi yang membantu adik-adik untuk masa depan yang cerah,” pungkasnya.
Penulis: Syakir NF