Oleh: Sarah Hajar Mahmudah
Bulan Ramadhan di Indonesia selalu terasa sangat meriah dan khusyuk. Mulai dari sholat tarawih berjamaah, tadarus Al-Quran bersama, buka puasa bersama, dan banyak lagi kegiatan juga suasana yang menggambarkan kemeriahan suasana Ramadan yang sangat berbeda dari bulan lainnya. Walaupun Indonesia kini sedang menghadapi pandemi Covid-19 sehingga Ramadan kali ini tidak semeriah tahun-tahun sebelumnya, namun sebagai negara mayoritas muslim terbesar di dunia Indonesia tetap memiliki suasana yang khas selama Ramadan. Hal-hal tersebut tentunya tidak bisa dirasakan saat kita berpuasa di negara minoritas muslim.
Pada Ramadan tahun lalu 1440 H, saya berkesempatan untuk menjalankan puasa di Tiongkok. Hal tersebut karena saya ikut menemani suami yang sedang menempuh Pendidikan S2 di Chongqing University. Tentunya menjalankan ibadah puasa di Tiongkok tidak akan semeriah di Indonesia, namun juga tidak semenyeramkan berita yang beredar di banyak platform media yang menyebut adanya pelarangan pelaksanaan ibadah puasa di sana. Berikut adalah beberapa pengalaman menarik selama saya menjalankan ibadah puasa di Chongqing,
Durasi Puasa Lebih Lama
Ramadan tahun lalu bertepatan dengan musim panas di Tiongkok, sehingga saya menjalankan puasa sekitar 16-17 jam. Awal Ramadan subuh pada jam 4.56 dan magrib pada 19.38, waktu puasa terus bertambah sampai akhir Ramadan yaitu subuh pada jam 4.49 dan magrib pada 19.45. Karena berada di negara minoritas muslim untuk mengetahui waktu subuh dan berbuka, kami tidak diingatkan dengan adzan seperti di Indonesia. Sehingga kami menggunakan aplikasi muslim pro untuk pengingat waktu solat dan puasa. Kita juga bisa mendapatkan jadwal imsakiah di masjid, Ahong (sebutan kyai atau imam masjid di Tiongkok) juga biasanya membagikannya kepada jamaah.
Perjalanan Panjang untuk Tarawih
Di negara minoritas muslim, kita tidak bisa dengan mudah menemui masjid seperti di Indonesia. Apalagi hukum Tiongkok membatasi pelaksanaan ibadah agama hanya di tempat-tempat tertentu saja, yaitu di tempat ibadah dan rumah masing-masing. Di Chongqing sendiri ada beberapa masjid, namun yang paling dekat dengan apartmen kami berjarak 45 menit sampai satu jam menggunakan CRT (sejenis MRT). Karena jarak yang jauh membuat kami tidak bisa melaksanakan tarawih setiap hari di masjid. Apalagi mengingat jam operasional CRT yang tutup jam 23.00, membuat kami kesulitan pulang jika tarawih selesai lewat dari jam 23.00 karena waktu Isya yang semakin malam.
Di Tiongkok juga Ada Bukber
Salah satu budaya Ramadan adalah buka puasa bersama, baik dengan keluarga maupun teman. Selama Ramadhan, mesjid di Chongqing menyediakan makanan berbuka untuk jamaah. Mulai dari takjil, buah-buahan, minuman sampai makanan berat disediakan untuk jamaah berbuka puasa bersama. Kami biasanya datang ke masjid setelah sholat ashar sehingga bisa mengikuti buka puasa bersama hingga tarawih berjamaah di masjid.
Mencari Makanan Halal
Makanan halal tentu menjadi kebutuhan pokok umat muslim, sayangnya tidak mudah mendapatkan makanan halal di negeri minoritas muslim. Untuk makan sehari-hari termasuk selama Ramadan tentunya kami selalu mencari makanan halal. Di Tiongkok banyak orang muslim khususnya dari wilayah Lanzhuo, Qinghai juga Xinjiang yang membuka restoran halal. Kita bisa sangat mudah menemukan restoran Lanzhuo Lamian, ataupun restoran sate Xinjiang. Biasanya restoran halal memiliki logo حلال , طعام المسلم atau 清真 (qing zhen) halal dalam bahasa mandarin. Begitu pula makanan-makanan kemasan di supermarket, banyak yang memiliki logo halal. Namun untuk produk Tiongkok sendiri biasanya menggunakan logo 清真 dibanding حلال.
* @sarahhajarm, Alumni Hubungan International UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ibu satu anak yang memiliki hobi menulis serta minat dalam kajian keislaman.