Pagi yang Sejuk Bersama Romo Kyai Abd. Hanan Maksum

654
romo
Sumber Foto Merdeka.com

Catatan ngaji kilatan 2021

Usai jamaah solat subuh dan wiridan, romo yai biasanya pulang, namun hari ini tidak. Beliau ngasih mauidzoh, uniknya romo yai kalau ngasih mauidzoh atau tausiah itu mengalir dan tidak menggurui, karna yg beliau sampaikan bukan teori, tapi kebanyakan yg sudah beliau lalui, jadi terasa enak didengar dan masuk kedalam hati.

Romo yai menyampaikan pentingnya istiqomah. Istiqomah(konsisten dalam hal kebaikan). Mengucapkannya mudah,namun praktek nya susah, karna istiqomah termasuk maqom atau derajat tinggi untuk menjadi manusia rohani. “Istiqomah lebih baik dari seribu karomah” karna belum tentu orang yg punya karomah bisa istiqomah. “istiqomah sejatinya adalah karomah itu sendiri” Istiqomah itu tidak ada doa atau amalan hususnya, berdoa minta istiqomah boleh dan dianjurkan, istiqomah itu harus di praktek kan.

Dua Jalan untuk Mencapai istiqomah:

Pertama “taqwiim” تقويما (selalu berusaha melaksanakan)  bentuk masdar dari tsulasi majid قوم dengan  di tambah tasydid di tengahnya. dari asal kata قام (berdiri atau melakukan) yg mempunyai faedah ‘iksar’ pemperbanyak, jadi kalau mau istiqomah ya harus banyak berusaha, kalau jatuh bangun lagi, jatuh bangun lagi sampai ke tahapan kedua.

Tahapan kedua yaitu “Iqomah” (berjalan dengan baik). Selanjutnya baru sampai ke istiqomah.salah satu contoh istiqomah sholat berjamaah. Ketika seseorang sudah istiqomah sholat berjamaah makan dengan sendirinya dia akan melaksanakan sholat berjamaah dalam keadaan apapun.

Baca juga: Muhammad Nafis Al-banjari, Ulama Sufi Dunia Melayu

Selanjutnya istiqomah dalam hal-hal yang baik lainnya, pada ahirnya aktivitas keseharian orang yang istiqomah akan teratur dan tepat waktu dalam keadaan apapun. Romo yai menyitir pribahasa arab “ali’timad binnafsi asasunnajaah” yang artinya Orang yang punya prinsip yang kuat atau percaya dengan dirinya adalah pondasi atau dasar kesuksesan.

Mendengarkan beliau bicara hati saya seakan-akan hanyut mengikuti beliau. Melihat saja sudah adem, beliau sangat tawaddu’ bicara slalu dengan bahasa halus kromo inggil kepada siapapun.

Apalagi kalau kita melihat perjalanan beliau saat belajar, beliau rajin riyadoh atau tirakat mulai dari riyadhoh solat berjamaah dengan menemui takbiratul ihram, mungkin lebih dari 20 tahun. Dan riyadhoh-riyadhoh yang lainnya.

Saya beruntung bisa ngaji dan solat berjamaah bersama beliau  bulan puasa tahun  ini walaupun harus memendam rasa rindu kepada anak dan istri.

Bersambung…

Penulis: Aminuddin Ende