Awal Mula Transmisi Seni Musik Arab-Islam ke Eropa
Andalusia merupakan rute utama dalam proses transmisi seni musik Arab-Islam ke Eropa.
Menurut Henry George Farmer, musikolog dan sejarawan musik Arab-Islam terkenal, pengaruh Arab terhadap Eropa dapat ditelusuri dalam dua arah, yakni kontak politik yang dimulai pada abad ke-8 M dan kontak sastra dan intelektual yang dapat ditelusuri dari abad ke-10 M.
Kontak politik bermuara dari keberhasilan bangsa Arab-Muslim menegakkan kekhalifahan Islam di dunia Barat, sementara kontak sastra dan intelektual bersumber dari keunggulan budaya Arab.
Pengaruh musik Arab-Islam terhadap Eropa melalui kontak politik dan intelektual dimulai sejak bangsa Arab-Muslim menaklukan Andalusia pada 711 M.
Tradisi musik Andalusia memiliki hubungan erat dengan praktik musik Arab, terutama karena kehadiran musisi-musisi Timur Tengah di istana-istana Andalusia.
Contoh yang paling banyak didokumentasikan adalah musisi abad ke-9 M, Abu al-Hasan ‘Ali ibn Nafi, yang dikenal dengan nama Ziryab.
Lebih jauh tentang sosok Ziryab, lihat Ziryab Sang Maestro Musik Andalusia.
Dia adalah murid cemerlang Ishaq al-Maushuli—musisi terkenal di Baghdad dan favorit Khalifah Abbasiyah Harun Al-Rasyid.
Ziryab mulai menetap di istana Cordoba pada 822 M di bawah Khalifah Abd al-Rahman II.
Pengaruh Hadirnya Ziryab di Andalusia
Kedatangannya bertepatan dengan minat baru terhadap kehidupan budaya di Andalusia, yang pada gilirannya membawa Andalusia ke salah satu periode paling berbunga dalam sejarah Islam Abad Pertengahan.
Pengaruh musik Arab-Islam terhadap musik dan cerita rakyat (folklore) Spanyol dan Portugis telah menjadi catatan historis yang telah terbukti dengan sendirinya (self-evident).
Begitu banyak literatur tentang isu ini yang mengkonfirmasi tentang penetrasi mendalam musik dan sastra Arab-Islam terhadap kedua negeri tersebut selama era kekhalifahan Islam di Andalusia.
Contoh paling awal dari pengaruh ini dapat ditemukan dalam koleksi Cantigas de Santa Maria yang disusun sekitar tahun 1252 di bawah perintah Alfonso X el Sabio, raja Castile dan Leon.
Cantigas de Santa Maria merupakan salah satu karya kreatif paling penting dari abad k-13 M di Eropa.
Karya-karya penting lainnya adalah kompilasi ensiklopedi oleh Alfonso X, arsitektur Gothic, Divine Comedy karya Dante Alighieri dan Summa Theologiae karya St. Thomas Aquinas.
Koleksi Cantigas de Santa Maria terdiri dari 415 lagu religius tentang Perawan Maria.
Terinspirasi Musik Arab-Islam
Menurut Julian Ribera, kajian mendalam terhadap struktur dan bentuk lagu-lagu religius dalam Cantigas menunjukkan bahwa koleksi ini memperoleh inspirasi langsung dari musik Arab-Islam; 335 lagu dalam Cantigas diaransemen dalam bentuk zajal, struktur metrik Cantigas selaras dengan sistem lirik Muslim Andalusia (Muslim Moors), dan sistem ritmik musik Cantigas senada dengan klasifikasi lagu-lagu Arab Timur yang dibuat oleh Ishaq al-Maushili.
Meskipun kesimpulan Ribera tidak sepenuhnya disepakati oleh penulis lain, namun beberapa penelitian belakangan cenderung memperkuat kesimpulan Ribera.
Willi Apel, Josef Pacholcyk, dan Manuel Pedro Ferreira, misalnya, menunjukkan bahwa pola-pola melodi dan struktur puitik dalam Cantigas bertautan erat dengan musik sekuler Eropa Abad Pertengahan, terutama di Prancis, seperti virelai dan rondeau.
Mereka juga menunjukkan bahwa gaya musik virelai dan rondeau memiliki kemiripan erat dengan bentuk musik jazal dan muwashshah yang dipraktikan di wilayah-wiayah Afrika Utara.
Mengingat bentuk-bentuk musik Eropa abad pertengahan itu baru muncul sekitar 1300 M, sementara Cantigas telah muncul lebih awal beberapa dekade sebelumnya, mereka menyimpulkan bahwa kemungkinan besar bentuk-bentuk musik tersebut terinspirasi dari Cantigas.
Kesamaan Karakter Cantigas dengan Tradisi Musik Arab-Islam
Bentuk musikal, pola ritmis dan struktur puitik Cantigas sendiri sebagian besar disusun dalam bentuk jazal dan muwashshah yang berasal dari tradisi musik Arab-Islam.
Dengan demikian, Cantigas de Santa Maria dan lagu-lagu sekuler Prancis seperti virelai dan rondeau yang berkembang di Eropa itu pada dasarnya dipengaruhi oleh musik jazal dan muwashshah yang berkembang dalam konteks kebudayaan Ibero-Arab atau Islam-Andalusia Abad Pertengahan.
Pengaruh budaya Arab-Islam juga tercermin dalam puisi-puisi populer Troubadour dan Trouvères.
Para penyair liris, musisi atau penyanyi Eropa Abad Pertengahan ini menyebar terutama di wilayah Languedoc, selatan Perancis, dan wilayah utara Spanyol dan Italia.
Banyak bukti sejarah menunjukkan bahwa Troubadour dipengaruhi oleh puisi dan musik Andalusia.
Puisi Guillaume IX dari Poitiers (1071-1127), seorang Troubadour provensial terkenal, merupakan salah satu bukti yang memperlihatkan pengaruh tersebut.
Berdasarkan sumber historis, Guillaume VIII, ayah Guillaume IX, telah membawa ratusan tawanan Muslim ke Poitiers.
Besar kemungkinan bahwa Guillaume IX belajar banyak dari beberapa tahanan yang dijadikan sebagai pelayan oleh ayahnya.
Paus Alexander II juga diceritakan telah membawa seribu wanita Muslim ke Italia.
Troubadour menderivasikan bentuk dan subjek puisi mereka dari tradisi Muslim Andalusia.
Troubadour mengintegrasikan tema-tema Andalusia seperti cinta murni dan idealisasi perempuan ke dalam puisi Eropa.
Tema-tema mulia semacam ini tidak ditemukan dalam puisi Barat sebelum mode Andalusia.
Belajar dari Bangsa Arab
Beberapa penulis bahkan mengakui bahwa masyarakat Eropa pada abad ke-10, terutama Provence, belajar dari orang Arab jenis-jenis baru cinta dan kesenangan yang penuh kasih sayang, kontras dengan kebiasaan merampok, memerkosa, dan membunuh yang menandai seluruh Eropa pada masa itu.
Secara musikalitas, Troubadour dan Trouvères dipengaruhi oleh gaya musik nawba atau nuba dari Maroko.
Sampai saat ini, irama musik nawba, dengan lima gerakan dan semitone-nya terus memengaruhi komposer Eropa.
Camille Saint Saëns (1835-1921), komposer Prancis dan salah satu pendiri Société Nationale de Musique (1874), adalah salah satu musisi yang menggunakan tema-tema Afrika Utara dan Andalusia dalam banyak komposisinya, seperti dalam opera “Samson and Delilah” (1868) dan “Suite Algerian” (1879).
Musik Arab-Islam juga memainkan peran penting dalam perkembangan musik vokal dan instrumental Spanyol.
Menurut Peter Manuel, sintesis musik Arab dan Eropa di Spanyol Selatan dimulai sejak periode kekuasaan bangsa Moorish (Muslim Andalusia) pada tahun 711 M.
Sejak masa itu, musik modal (modal music) Arab dan Berber berkembang di wilayah Spanyol Selatan, baik di kalangan rakyat (folk) maupun bangsawan (aristocratic).
Mempertahankan Karakter Musik Andalusia
Keruntuhan Granada pada 1492 M dan pengusiran secara paksa orang-orang Moor beberapa dekade berikutnya tidak menyurutkan pengaruh Arab terhadap musik Andalusia, karena beberapa orang Moor yang berpindah agama (Moriscos) masih menetap di Spanyol dan sejak saat itu sebagian besar musik Andalusia sangat berkarakter Moorish.
Kebanyakan musik rakyat (folk music) Andalusia memelihara elemen-elemen Arab/Mediterania dalam bentuk gaya vokal melismatis (melismatic vocal style) dan, lebih jelas lagi, dalam sistem modal harmonik yang biasanya disebut dengan istilah “Phrygian tonality”.
Menurut Manuel, tangga nada (modes) ini tidak berasal dari tradisi Yunani atau Gereja (Grecian or Church modes), melainkan dari dua tangga nada Arab (maqam), yakni bayati dan hijaz, yang selama berabad-abad termasuk di antara maqam paling populer dalam tradisi musik Arab urban.
Tangga nada bayati adalah sebagai berikut: E F G A B C D E D C B A G F E. Adapun tangga nada Hijaz adalah sebagai berikut: E F G# A B C D E D C B A G# F E.
Manuel juga menegaskan bahwa musik Arab-Islam memainkan peran penting dalam pembentukan musik Flamenco di Spanyol.
Menurut Manuel:
“Karakter khusus [musik] Flamenco Andalusia jelas dipengaruhi oleh gaya vokal melismatik dan melodi-melodi tangga nada Arab dengan kombinasi atau juktaposisi praktek umum harmoni I-IV-V dalam musik Eropa dengan progresi dan akord yang telah berevolusi dari tangga nada aslinya (terutama progresi Am-G-F-E dalam modal E Frygian/major).”
Ekspansi Budaya Arab-Islam
Koneksi Andalusia juga turut memperluas pengaruh budaya Arab-Islam ke dunia baru yang dimulai dari Amerika Latin.
Migrasi kaum Moriscos ke Amerika Latin pada saat bersamaan telah membawa pengetahuan dan seni Andalusia, termasuk musik, ke benua itu.
Musik dan melodi Ziryab yang diintegrasikan dengan tradisi lokal telah memunculkan sejumlah gaya musik dan irama tari Amerika Latin yang berbeda seperti Jarabe di Mexico, la Cueca dan la Tonada di Chile, el-Gato, el-Escondido, el-Pericon, la Milonga dan la Chacarera yang menyebar ke Argentina dan Uruguay, la Samba dan la Baiao di Brazil, la Guajira dan la Danzón di Kuba.
Banyak dari gaya musik ini memiliki asal muasal Flamenco yang terkenal karena latar belakang Arabnya.
Menurut Blas Infante, bapak gerakan Gitanos, Flamenco berasal dari kata Arab “fellah-mengu”, sebuah kata majemuk yang digunakan untuk menggambarkan sekelompok pengembara pedesaan atau petani pelarian.
Ketika terjadi pengusiran, penyiksaan dan pemaksaan untuk pindah agama oleh kaum Kristiani, banyak Muslim Andalusia yang menjadi Moriscos dan berlindung di antara kaum Gipsy.
Dengan menyamar sebagai Gipsy, para Moriscos ini berhasil mengembalikan praktik kebudayaan mereka, termasuk tradisi bermusik dan bernyanyi.