Minal Aidin Wal Faizin, Perancis.

1223
Photo by Nicola Fioravanti on Unsplash
Photo by Nicola Fioravanti on Unsplash

Oleh: Muhammad Fahri Kholid

(Mahasiswa Université Lumiére Lyon 2, Perancis)

Gema takbir berkumandang di dalam masjid dengan nada  khas Afrika Timur. Intonasi melengking, unik tanpa kehilangan kekhusukan. Di samping mimbar, lafal kebesaran Allah dikumandangkan. Jamaah pun larut dan hanyut bercampur kebahagiaan. Perlahan kompak mengikutinya dengan antusias. Terlihat anak kecil berumur tiga tahun turut mencoba mengumandangkannya. Sesekali ayah sang anak membisikkan kalimat, seakan menuntun agar tetap di jalan Allah.

Suasana sholat Idul Fitri terasa sangat ramai dihadiri oleh dari semua kalangan. Sesaat sebelum sholat  dimulai, beberapa utusan dari kantor walikota datang ke masjid untuk menyampaikan ungkapan selamat hari raya idul fitri bagi seluruh umat muslim di seluruh dunia, khususnya kota ini.

Perkataan dan wajah mencerminkan ketulusan para utusan tersebut untuk mengungkapkan suka cita dihari nan fitri ini, mereka pun keluar dan Sholat idul fitri pun dimulai dengan 7 takbir di rakaat pertama dan 5 takbir pada rakaat kedua, semua berjalan dengan lancar seperti apa yang diharapkan.

Imam khutbah menyampaikan salam akhir tanda dari selesainya sholat idul fitri, banyak dari jamaahnya yang langsung meninggalkan tempat, mungkin banyak dari mereka yang mempunyai jadwal kerja dan jadwal kuliah yang harus ditunaikan, karena sekali lagi, lebaran atau hari raya idul fitri bukan termasuk hari libur nasional.

Kerumunan para jamaah masjid dipenuhi dengan hati yang lapang dan haru terlihat diwajah ceria mereka, saling bersalaman dan meminta maaf satu sama lain, mengingatkan suasana yang sering kita lihat di Indonesia. Tepat dihalaman masjid telah tersedia berbagai macam jenis makanan.Mulai dari makanan manis, asin sampai snack dan minuman di tata dengan rapih di atas meja oleh pengurus masjid, mencicipi makanan ringan ala Afrika Timur. Saat momen lebaran memang cocok ketika dinikmati bersama mereka, karena kita langsung bisa bertanya tentang makanan dan minuman di atas meja tersebut.

Selesai pulang dari masjid, biasanya mereka mengunjungi sanak saudara dan kerabat mereka, sama seperti yang kita lakukan di tanah kita tercinta, tapi bedanya disini hanya mereka yang mempunyai kesempatan saja yang bisa menjalani tali silaturahim bersama orang terdekat.

Membuka pintu rumah setelah sholat idul fitri, tidak ada keramaian di appartement saya, hanya dua orang teman dan beberapa makanan sisa tadi malam untuk dimakan kembali untuk momen spesial hari itu, tapi jangan bersedih dahulu, alhamdulillah setiap tahunnya, pengajian warga indonesia di Lyon atau majelis Al-hijrah Lyon selalu mengadakan halal bihalal saat hari raya tiba.

Bergegas dengan pakaian koko khas lebaran, kita pun pergi ke tempat perkumpulan biasa dengan menaiki bus kota, tentunya dengan tas, untuk bekerja saat sore hari tiba.

Telah berkumpul banyak warga Indonesia diruang tamu yang sedang menyantap opor, rendang, ketupat, tidak ada wajah murung yang teringat akan keluarga dirumah, semua terlihat ceria dengan piring penuh dengan makanan serta berbagi dan bercerita berbagai pengalaman bersama keluarga baru di kota penuh cerita ini.

Melepas rasa kerinduan akan rumah semua telah terobati di tempat ini, bertemu sanak saudara sebangsa serta makanan khas lebaran sudah sangat cukup sekali untuk melepas rindu.

Bagi orang Indonesia yang tinggal disini, momen lebaran atau pengajian bulanan adalah hal yang paling ditunggu-tunggu, karenanya kita bisa saling bertemu dan mengenal satu sama lain.  Tidak hanya orang Indonesia saja yang hadir, bahkan suami dan anak-anak orang Indonesia yang menikah dengan orang Prancis pun turut hadir meramaikan hari kemenangan ini, jadi tidak ada alasan lagi untuk “galau” merenungi lebaran dikampung halaman, karena kota ini telah menjadi kampung halaman kedua bagi WNI di Lyon.

Berbicara tentang bagaimana sikap orang Prancis terhadap hari raya umat muslim, saya telah bertanya ke beberapa anak muda disini, menurut jawaban mereka, teman-teman mereka dikelas selalu mengucapkan ucapan selamat dan memberikan sesuatu saat hari raya tiba, begitu juga dengan pertanyaan seputar puasa dan lebaran.

Tidak hanya anak mudanya saja, begitu juga dengan para tetangga depan appartement mereka, juga selalu hadir dalam acara halal bihalal, dan mengucapkan selamat hari raya idul fitri, tidak ketinggalan juga para orang tua dari pihak suami orang indonesia juga melakukan hal yang sama, ketika hari raya ini datang semuanya seperti bersatu dan merasakan rasa bahagia bersama-sama, mungkin ini berkah dari hari raya nan suci ini.

Lebaran di tanah rantau  memang penuh dengan kerinduan akan rumah, banyak kisah yang selalu akan menjadi kenangan dimasa depan, tidak harus selalu dengan keluarga untuk menyambut hari raya ini, karena keluarga tak harus sedarah memang benar adanya, menghabiskan momen fitri ini dengan mereka memanglah kenangan yang tak terlupakan sampai tua nanti.

*penulis dapat dijumpai melalui Instagram, @Fahrikhalidwatanabe