Setelah menikah, mungkin kita semua menginginkan kebahagiaan hakiki yang muncul dari dalam hati.
Ada sebuah contoh yang dapat kita pelajari dalam membentuk sebuah keluarga yang sakinah, yaitu kisah cinta Sayyidina Ali dan Fatimah Az-Zahra.
Pernikahan yang tidak didasari oleh materi, tetapi didasari oleh iman, ilmu, dan perjuangan syiar Islam di masa itu.
Artikel lain tentang pernikahan, lihat Lingkaran Setan Pernikahan Dini dan Perceraian.
Kebersahajaan dari dua insan yang mulia ini dimulai dari 50 hari setelah menikah, Sayyidina Ali baru diizinkan oleh Rasulullah SAW untuk membawa Fatimah kerumahnya.
Rumah yang begitu sederhana, bahkan mereka berdua harus menumbuk gandum untuk makan, dan meminum air dengan cawan yang terbuat dari tembikar.
Seringkali Rasulullah SAW datang kerumah beliau untuk memberikan nasehat pada kedua putra mereka, Hasan dan Husein.
Dirumah itulah Hasan dan Husein tumbuh menjadi seorang Imam Agung, dan dirumah itu pula Rasulullah SAW menyatakan bahwa:
βSiapa saja yang menyakiti Fatimah yang merupakan tulang rusukku maka sama dengan menyakiti aku, dan siapa saja yang menyakiti Hasan dan Husein maka sama dengan menyakiti akuβ
Dari rumah itu pula, Sayyidina Ali melahirkan ilmu-ilmu yang sangat hebat.
Sampai-sampai Rasulullah SAW mengatakan:
βBila saya bagaikan kota daripada ilmu, maka Ali adalah pintu untuk sampai ke kota tersebutβ
Maka, keluarga yang sakinah bukanlah keluarga yang didasarkan dari materi,tetapi atas dasar cinta.
Dan cinta tersebut harus kita padukan dengan senantiasa mengingat Allah SWT yang kemudian kita terapkan di kegiatan sehari-hari dan membuahkan anak-anak yang sholeh dan sholehah dan dapat memberikan kita sebagai orangtua kebanggaan dan pahala sampai akhir nanti.
Penulis: Kontributor Mading