Di dalam Al-Quran, Allah menyertakan bakti kepada orang tua dengan beribadah atau menyembah kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Hal yang menunjukan betapa pentingnya berbakti kepada orang tua, sopan santun kepada orang tua. Sehingga posisinya disejajarkan dengan ibadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
“Allah telah memerintahkan dengan sangat keras agar beribadah kepada Allah dan agar berbakti kepada orang tua”.(Surat Al-Isra Ayat 23)
Saat ini, ada fenomena sosial yang perlu mendapatkan perhatian kita semua. Salah satu pemicunya karena adanya perbeedaan pendapat antara orang tua dan anak. Anak memiliki pandangan yang berbeda dengan orang tua.
Dalama agama Islam saja; dalam fiqih kita ada mekanisme tersendiri jika ada perbedaan pendapat. Maka harus dilihat, pertama apakah orang yang hendak menyampaikan pendapat sudah benar-benar tau, apa yang akan ia sampaikan. Orang yang melakukan amar ma’ruf nahi munkar harus tau secara persis, apa yang hendak ia sampaikan, jangan sampai apa yang ia sampaikan ternyata tidak sesuai dengan apa yang digariskan dalam Islam.
Apalagi jika anak ingin menyampaikan pendapat yang dianggap berbeda dengan orang tua harus diperhatikan etika dan jangan sampai menghilangkan rasa hormat dan bakti kita. Kepada orang lain saja harus hati-hati, maka kepada orang tua harus jauh lebih hati-hati. Jangan sampai hanya karena perbedaan pendapat, lalu perbedaan pendapat itu, membikin kita tidak berbakti kepada orang tua.
Ada cerita tentang Asma’ binti Abu Bakar, datang kepada Rasulullan shallallahu ‘alaihi wasallam, menceritakan kepada Rasulullah “Ibu saya datang ke Madinah, Rasulullah. Dalam keadaan Musyrik. Apakah saya harus berbakti kepadanya?”. Bahwa Rasulullah mengatakan “iya, kamu harus berbakti kepadanya”. Kepada orang tua yang tidak muslim pun, Nabi Muhammad memerintahkan untuk berbakti kepada orang tua.
Karena itu lah di dalam (kitab) fikih-fikih kita, misalnya disebutkan dalam hasyiyah ibnu ‘abidin. Jika kita melihat sesuatu yang tidak baik, dan sudah pasti itu tidak baik. Tidak sesuatu yang diperdebatkan. Jika masih diperdebatkan kepada orang lain tidak boleh, apalagi kepada orang tua.
Kalau melihat sesuatu yang tidak baik, maka kita hanya boleh mengingkarinya, jika tidak ada timbal balik dari orang tua berupa kemarahan. Kalau orang tua kemudian kelihatan marah, maka sudah tidak boleh lagi amar ma’ruf nahi munkar. Yang kita lakukan adalah berdoa dan istighfar kepada-Nya. Menunggu waktu jika kemudian orang tua kelihatan tidak lagi marah.
Etika (dan) sopan santun ketika kita melakukan amar ma’ruf nahi munkar kepada orang tua. Kalau permasalahan itu masih diperdebatkan, yang satu misalnya madzhabnya Imam Syafi’i, yang satu madzhabnya Imam Hanafi. Yang satu mengkitu Asy’ari, yang satu mengikuti Hambali. Ini tentu, dalam fikih kita, wacana kita masih perlu mendapatkan perhatian khusus karena ini adalah sesuatu yang masih perbedaan pendapat. Dalam keadaan seperti ini, maka jauhkan amar ma’ruf nahi munkar yang seperti ini kepada orang tua.
Karena begitu pentingnya kita berbakti kepada orang tua. Sehingga Nabi pernah, suatu saat datang seorang laki-laki kepada beliau berkata, “Rasulullah, saya ingin jihad”. Lalu Rasulullah mengatakan, “Apakah kamu masih punya orang tua?”, Seorang laki-laki menjawab “iya masih”. Rasulullah menjawab “kembali(lah) kepada Ibumu, berbaktilah kepada Ibumu.” Datang lagi orang itu, menyampaikan hal yang sama “saya ingin jihad, Ya Rasulullah”, (Rasulullah menjawab) “berbaktilah kepada Ibumu!”. Lalu ketiga kali dia datang kepada Rasulullah izin hal yang sama, ingin jihad fi sabilillah. Lalu kata Nabi, “ada di samping kaki Ibumu, maka kamu akan masuk surga”.
Betapa pentingnya budaya Birrul Walidain, inilah yang sejak lama ditanamkan oleh orang-orang tua kita di Indonesia. Berbakti kepada orang tua, memuliakan mereka adalah tradisi berbakti anak pada orang tua di Indonesia. Sehingga jangan sampai ini dirusak karena perbedaan-perbedaan ideologi, perbedaan-perbedaan cara pandang di dalam Agama.
Siapa saja memerintahkan kita untuk melakukan sesuatu yang tidak baik kepada orang tua, bahkan menyakiti. Harus kita abaikan, dan jangan diikuti. Karena ini menantang salah satu inti dari agama yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Terima kasih, semoga bermanfaat.
*diambil dari bincang santai tim mading.id bersama Dr.KH.Abdul Ghofur Maimoen,MA (Gus Ghofur) di youtube chanel oase mading.id