Menjadi PNS: Antara Mimpi dan Euforia Orang Tua Belaka.

777
Menjadi PNS Euforia Orang Tua
Photo by Andre Hunter on Unsplash

Menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) termasuk jenis karir yang diidam-idamkan banyak orang, terutama mereka yang mengharapkan kestabilan karir. Setiap tahunnya, bisa dipastikan posisi PNS diperebutkan oleh ribuan orang, bahkan ribuan.

Bahkan belakangan ini, menjadi PNS merupakan hal yang populer dibicarakan di kalangan orang tua, dan lama kelamaan mengakar menjadi gengsi sosial. Dan menjadi fakta umum bahwa para pendaftar PNS sebagiannya karena dorongan orang tua.

Sejak zaman dulu, profesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) memang telah menjadi primadona dan pilihan utama oleh banyak orang. Bagi orang tua, PNS dianggap sebagai pekerjaan yang sangat menjanjikan untuk masa depan.

Baca juga: Islam dalam Pusaran Konflik Ideologi Di Indonesia – Part 2

Menurut sebagian generasi orang tua, pekerjaan yang paling aman di Indonesia adalah menjadi PNS, karena ada asuransi, tunjangan hari tua, anaknya ditanggung, istrinya ditanggung ketika suaminya sudah tidak ada dan lain-lain. Sehingga itu yang paling aman menurut asumsi mereka.

Jaminan Masa Tua

Jika dikaji lebih lanjut, alasan mengapa orang tua menginginkan anaknya bekerja sebagai PNS sebagain besarnya karena finansial dan terjaminnya masa depan. Diantaranya seperti berikut:

  1. Berpenghasilan stabil dan tidak rentan turun. Salah satu alasan yang paling rasional tentunya adalah karena gajinya tak pernah turun, malah justru naik walaupun tidak seberapa. Berbeda dengan profesi di sektor swasta seperti pedagang atau wiraswasta misalnya, PNS tak akan pusing-pusing kejar target untuk mendapatkan gaji sekian karena gaji PNS sudah pasti nominalnya.
  2. Jaminan hidup di hari tua. Keuntungan lain menjadi PNS adalah bekerja digaji, sudah pensiun pun juga mendapat uang pensiun. Hampir seluruh orang tua tergiur karena hal ini. Terlebih orang tua yang non PNS dan tidak ingin anaknya merasakan hal yang sama dengannya.
  3. Jenjang karir yang panjang, jelas, dan tidak ada PHK. Jenjang karir yang panjang dan jelas akan sangat membantu dalam perencanaan masa depan terutama dalam hal keuangan. Kemudian kemungkinan sangat kecil seorang PNS akan dipecat kecuali kalau dia sudah melanggar hukum. Dan ini adalah alasan bagi banyak orang mengapa memilih menjadi PNS dibandingkan di sektor swasta yang begitu beresiko.

 Mengabdilah Pada Negara Dengan Caramu Sendiri

Beberapa asumsi orang tua yang mendorong anaknya untuk menjadi PNS, meskipun terlihat realistis tapi sah-sah saja jika ada sebagian anak yang menganggap orang tuanya egois.

Terlebih di era milenial ini masih banyak ladang pekerjaan yang memang lebih related dengan passion kaum milenial. Memaksakan bekerja di bidang pekerjaan yang sesungguhnya tidak diminati sangat tidak menyenangkan, membosankan, dan berujung tidak optimal ketika bekerja,

Karena pressure yang dibebankan tersebut. Ketika bekerja tidak optimal untuk suatu lembaga negara, bisa dipastikan akan sangat merugikan seluruh lapisan masyarakat, tanpa terkecuali.

Terlalu klise jika kita berbicara mengenai standar kebahagiaan dan kebanggaan orang, khususnya orang tua tidak selalu tentang materi. Tapi memang begitu kenyataannya, dalam hal ini PNS memang menjamin kehidupan di masa tua,

Tapi belum tentu menjamin dapat menciptakan kebahagiaan di sudut rumah, kebahagiaan bersama istri ataupun suami dan anak-anaknya. Kepadatan jadwal dinas bagi PNS sangat ketat, libur hari raya pun tidak seperti karyawan swasta pada umumnya.

Bisa jadi orang tua kita mendorong kita untuk menjadi PNS, tapi anak kita kehilangan kehadiran dan kasih sayang sosok Ayah atau Ibu yang menyaksikan tumbuh kembangnya, yang semestinya sangat dibutuhkan.

Jadi, kebanggaan tidak hanya bisa didapatkan ketika kita menjadi PNS. Kebanggan bisa diciptakan ketika kita bekerja dengan senang dan tenang. Mengabdi kepada negara tidak selalu tentang menjadi PNS, mengabdilah pada negaramu dengan caramu tersendiri.

Penulis: M. Hilmy Daffa Fadhilah
(Mahasiswa PAI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)