Mengubah Rawa Jadi Desa Wisata

947
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi/Didik S

Oleh: Didik Setiawan Al-As’ary

Ada kegembiraan tersendiri, jika kampung halamannya memiliki keunggulan yang layak dinikmati setiap orang. Apalagi di sektor pariwisata. Tentu ini diidamkan, syukur memberikan dampak pemberdayaan bagi warga sekitar. Ah, andai saja segera selesai proyek wisata ini. Betapa melegakan, tangis haru antar pemuda desa pasti terbayar.

Ada dua lokasi yang sedang dirintis, sebagai tempat edukasi pertanian modern sebagai basis pelatihan pertanian untuk pemuda didaerah dengan nama desa yang unik yaitu desa timpik sebagai solusi regenerasi petani muda dan rintisan desa wisata sebagai solusi pusat pemberdayaan masyarakat di Desa Tuntang Kabupaten Semarang.

Saya akan mengulas tentang mimpi membangun desa wisata, “muluk memang”, tapi harapan dan mimpilah yang membuat kita terus bergairah hidup. Apalagi ada unsur kemanfaatan bagi sekitar. Meski dimuali dari keinginan, setidaknya roadmap untuk mewujudkannya sudah tercicil. Mulai  perencanaan gagasan menjadi sebuah gambar.  Perencanaan matang disertai dengan diskusi bersama, saya kira ini solusi untuk memantapkan langkah.  itulah yang saya lakukan bersama tim untuk mewujudkan program pemberdayaan desa; rintisan desa wisata dengan nama radesa wisata.

Tepatnya di Desa Tuntang, Kec. Tuntang Kab. Semarang, Jawa Tengah, yang bisa dimasuki melalui Dusun Praguman, sekitar 47 km dari stasiun tawang dengan perjalanan sekitar satu jam jika dilalui lewat Tol dengan pintu keluar Tol Bawen.

Memasuki Desa Tuntang, dari tol kita akan melewati ribuan hektar hutan yang hijau. selanjutya kita akan disuguhi pemendangan menawan dari perkebunan kopi PTPN IX. Masih asri terjaga, dan layak dikangeni. Setelah itu sampailah kita di Desa Tuntang. bagi saya itu adalah salah satu desa terindah yang ada di Kabupaten Semarang.

Desa yang memiliki jejak sejarah Kapitulasi Tuntang yaitu perjanjian penyerahan kekuasaan di Nusantara dari pemerintah Hindia Belanda kepada Pemerintah Britania-Raya pada tahun 1811, tempat peristirahatan para pembesar Hindia Belanda, terletak di tepi danau Rawa Pening dan mengalir sungai Tuntang yang bermuara ke Laut Jawa di Demak, disinilah Thomas Stanford Raffles merasa nyaman tinggal semasa jawa dikuasai oleh inggris.

Desa Tuntang dengan sejarah dan penuh keberkahanya menjadi desa yang memberikan banyak sumbangsih air untuk pertanian diwilayah pesisir maupun daerah industri ungaran tapi minim sekali pusat pemberdayaan.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi/Didik S

Rintisan desa wisata ini kita gagas dengan beberapa pemuda setempat, mahasiswa IAIN Salatiga, Alumni beberapa pondok pesantren yang tergabung dalam Laskar Santri Nusantara. Diatas lahan garapan masyarakat yang sudah tidak teruruslagi karena tingginya air rawa jika musim hujan dan padatnya enceng gondok yang menutupi jalur perahu nelayan hingga radius 2 km dari garis sempadan.

Sungai yang sudah dangkal akibat sedimentasi yang belangsung puluhan tahun tanpa ada normalisasi sungai yang menjadi jalur mencari nafkah para nelayan dan pengkrajin enceng gondok disekitar.

Berkumpulah beberapa pemuda waktu itu dengan saya pelopori didampingi RW setempat untuk meninjau lokasi sungai yang dangkal tersebut, wal hasil kami bertindak dengan meminta bantuan eskavator amphibi milik BBWS untuk menormalisasi pendangkalan sungai dengan kedalaman 4-5 meter dan panjang hingga 1,2 km.

Tim ini berlanjut hingga perlahan mewujudkan mimpi sesuai rencana dengan mendirikan menara dari bambu diatas sungan dengan tinggi 30m lebih dari dasar menara dan luas kurang lebih 100m2 disertai jembatan dengan panjang 100m dari pematang sawah, di lokasi disuguhkan pelataran bambu dengan luas 120m2.

Adanya gazebo, mendukung konsep penyuguhan aneka makanan olahan dari hasil tangkapan nelayan setempat. Selain itu ada sayur organik yang dapat dibeli sebagi oleh-oleh bagi pengunjung. Selain itu berbagai jenis permainan air serta perahu wisata tersedia untuk melengkapi keseruan pengunjung. Berkeliling rawa dengan menikmati indahnya enam  gunung yang mengitari tampak jelas. Terlebih  mata hari terbit dan terbenam, keren dan memanjakan mata.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi/Didik S

Rawa yang masih gadis, belum disentuh oleh limbah industri, karena zona wilayah ini adalah zona hijau yang memiliki larangan keras jika industri yang menghasilkan limbah berdiri di kecamatan ini. Burung kuntul, mriwis dan banyak lagi jenis burung lainya masih berterbangan disini seraya menyambut tamu yang menikmati, suasana tenang dengan semilir angun yang tak pernah terhenti, spot mancing yang luas dan bermacam ikan rawa ada disini.

Progres mimpi tahap awal Baru terlaksana 80%, masih menambah fasilitas umum, serta akses jalan jembatan yang harus diperpanjang mengingat naiknya air rawa dimusim penghujan kali ini lebih tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya, sebenarnya tinggi air ini bisa diatur oleh badan yang mengelola tinggi rendah dan debit air di pintu sungai tuntang, tapi kita terus berbenah diri demi kelangsungan bersama.

Akses lokasi wisata memang tidak se strategis wisata-wisata yang sudah ada diluar sana, mengingat ini baru rintisan dan gebrakan dari para pemimpi untuj adanya inovasi yang mau tidak mau harus kita memulai, dengan harapan menuju desa mandiri, bisa menciptakan lapangan pekerjaan, peluang usaha, serta meningkatkan pendapatan asli desa akibat dampak dari pemberdayaan ini.

Proses pembangunan ini masih terkendala akibat covid-19 sehingga jadwal dan realokasi anggarang mengakibatkan dampak molornya waktu lounching rintisan desa wisata tersebut. Harapan kami pasca covid-19 ini, lokasi ini menjadi pusat rehabilitas perekonomian pasca wabah melanda negara kita, dengan banyak wisatawan lokal maupun luar daerah dan jika memungkinkan kedepan kita akan rambah turis mancanegara dan menyediakan home stay dari rumah warga, tapi ini masih menjadi mimpi.

Doakan ya, salam dari Tuntang.