Mengenang Musim Semi di Perancis

1358
Photo by Chris Karidis on Unsplash
Photo by Chris Karidis on Unsplash

Oleh :Muhammad Fahri Kholid 

(Mahasiswa Université Lumiére Lyon 2)

Puasa di Perancis tahun ini tepat dengan musim semi, musim dimana daun serta bunga-bunga berguguran telah kembali tumbuh dengan indah pada setiap rantingnya, menandakan seluruh alam semesta menyambut kehadiran yang bulan suci ini dengan suka cita, bulan ramadhan di negara minoritas muslim terutama di eropa memang selalu asyik untuk dikupas lebih dalam lagi dengan berbagai pengalaman.

Banyak pertanyaan mulai dari bagaimana puasa disini, waktu sahur dan berbuka, keadaan ketika berbuka puasa, bagaimana menahan hawa nafsu, kegiatan apa saja yang dilakukan orang muslim disini, begitu juga dengan kehidupan warga negara Indonesia yang ada disini, mungkin pertanyaan itu adalah sebagian dari pertanyaan yang sering dilontarkan oleh sanak saudara maupun kerabat.

Sebelum membahas lebih jauh lagi, mari kita kenali negara prancis terlebih dahulu, negara prancis adalah negara laïcité atau negara yang memisahkan urusan agama dengan pemerintahan, pemerintah sama sekali tidak mencampuri masalah keagamaan, mulai dari pernikahan serta hukum, maka dari itu, jarang sekali kita melihat adanya perayaan keagamaan di negara Napoleon ini.

Berbicara tentang waktu puasa di Perancis, bisa dibilang lebih panjang dari pada waktu biasanya kita berpuasa di Indonesia, mulai dari shubuh sekitar jam 4 hingga jam 20.30 malam, kira-kira muslim prancis berpuasa 16-17 jam setiap harinya, dengan segala aktifitas yang masih berjalan seperti biasanya, muslim prancis sangat senang nan semangat menjalankan ibadah puasa yang dilakukan setiap tahunnya.

Pribumi disini sudah sangat mengerti apa yang dilakukan oleh umat muslim setiap ramadhan datang, mereka akan sangat menghargai sanak saudara maupun temannya yang berpuasa, mulai dari mengucapkan selamat berpuasa, berbuka puasa dan bahkan teman-teman menyemangati untuk bertahan hingga adzan magrib, Bahkan ada sebuah organisasi prancis yang memberikan 200-300 kotak makan perharinya untuk berbuka puasa bagi orang yang membutuhkan, dan juga ada sekelompok anak muda atas nama organisasi yang membagikan makanan di jalan-jalan kepada orang-orang sebelum berbuka puasa.

Jika ingin membeli makanan berbuka puasa atau tak’jil dapat kita temukan di taman-taman kota yang telah disediakan oleh pemerintah setempat, suasananya hampir mirip dengan ada yang di Indonesia, dengan meja-meja penuh dengan makanan ringan maupun berat para penjual berteriak untuk menarik pelanggan membeli makanannya, biasanya tempat ini dibuka mulai dari jam 4 sore hingga menjelang buka puasa tiba.

Makanan yang tersedia pun bermacam-macam, mulai dari roti dengan isi daging yang telah dipanggang, kue dengan isi kurma, sirup dan lain-lain, kalau kita lihat lebih teliti lagi, makanan yang dijual adalah makanan khas dari negara magreb seperti Maroko, Aljazair, Tunisia, dan sebagainya, tidak hanya orang muslim yang berbelanja, tapi juga pribumi disini suka melihat-lihat jajanan internasional, suasana keramaiannya membuat teringat akan atmosfer ketika kita berbelanja mencari tak’jil di negara tercinta.

Berbuka puasa di masjid mungkin bisa dijadikan alternatif untuk para mahasiswa yang tidak mempunyai makanan untuk berbuka puasa, karena setiap magrib biasanya pihak masjid menyediakan makanan di halaman masjid, menu berbuka puasa beraneka ragam, dari yang manis hingga menu utama dan lengkap dengan makanan penutup, biasanya disini disediakan couscous, makanan ini berasal dari negara Magreb. Couscous sendiri jika di indonesia posisinya sama  dengan nasi. Akan tetapi  makanan ini sangat cocok sekali dengan ayam dengan saos tomat, salad dan sebagainya.

Ketika berbuka puasa di masjid,  terasa sekali suasana kehangatan antar umat muslim. Semuanya saling bersalaman dan menyapa satu sama lain sambil menyantap makanan yang ada ditangannya, semua terlihat layaknya keluarga dekat.

Setiap tahunnya, kedutaan besar republik Indonesia di Perancis mengundang salah satu ustadz untuk berkeliling berceramah di kota-kota besar yang dimana terdapat banyak warga negara indonesianya, kebetulan Lyon termasuk dalam kategori, saat momen langka tersebut, komunitas pengajian Indonesia di Lyon mengundang ustadz dan mengadakan buka puasa bersama serta  mendegarkan siraman rohani seraya mempererat tali silaturahim antar WNI di kota ini.

Dan untuk suasana lebaran, disini terlihat seperti hari-hari biasa, yang bekerja tetap menjalankan aktifitasnya dan jika masih ada jadwal kuliah, kita harus pergi ke kampus untuk melanjutkan pelajaran, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, disini tidak ada tanggal merah untuk hari raya Idul Fitri.

Mungkin bagi yang beruntung, bisa menikmati kebersamaan bersama keluarga dan teman-teman saat hari-hari yang dinantikan oleh semua umat muslim, tapi setiap hari raya Idul Fitri para mahasiswa Indonesia dan WNI yang ada di kota Lyon berkumpul di salah satu rumah penduduk indonesia yang telah menetap disini, jadi kami para mahasiswa masih bisa merasakan lezatnya ketupat, rendang, opor dan semur di hari nan fitri dan yang paling penting kita semua bisa menikmati suasana lebaran bersama keluarga Indonesia Lyon.

Tapi puasa tahun ini berbeda dengan puasa tahun lalu, dengan kehadiran musibah yang terjadi di seluruh dunia, bulan yang suci ini dijalankan hanya dengan dirumah saja. Tentunya bagi para pekerja tetap menjalankan pekerjaannya, dan juga dengan para pelajar tetap menghadap ke layar laptop untuk mengikuti kelas online.

Tidak ada sholat tarawih, berbagi makanan, membeli makanan berbuka puasa, dan juga buka puasa bersama teman-teman. Tetapi kita harus yakin bahwasanya sesuatu tidak terjadi secara kebetulan, ini semua telah ditetapkan oleh Allah SWT dan pasti semua ini ada hikmah yang tersembunyi. Semoga kita semua tetap dalam lindungan Allah, serta menjalani situasi ini dengan optimis.