Maulid Nabi di Tengah Pandemi Covid-19

1215
Merayakan Maulid Saat Pandemi
Photo by Masjid Pogung Dalangan on Unsplash

Perayaan maulid yang biasa diperingati pada bulan Rabi’ul Awwal dengan berbagai macam acara, seperti tabligh akbar, perlombaan, dan karnaval.

Pada tahun ini mesti diadakan dengan cara yang berbeda. Pasalnya, kita sedang diuji dengan merebaknya covid-19, sehingga semua kegiatan di ruang terbuka dibatasi. Dengan tujuan menghindari penularan virus secara masif.

Kendati demikian, yang harus kita pahami adalah esensi atau makna dari maulid itu sendiri, yakni dengan kita memahami dan merenungi kembali sejarah Nabi Muhammad SAW, kita secara tidak langsung semakin cinta dan rindu padanya.

Artikel lain tentang Maulid, simak Maulid Sebagai Ungkapan Cinta Pada Nabi

Fenomena Umat Islam Saat Pandemi

Di sisi lain, sebagian umat Islam yang mengaku cinta akan Rasulullah malah sekarang semangat dalam beragama cukup memprihatinkan.

Hal ini terlihat pada fenomena orang-orang yang mulai ragu terhadap kuasa Allah SWT. Dalam hal ini menganggap Allah tak mampu menyelesaikan penderitaan hambanya yang sedang tertimpa pandemi covid-19.

Pemikiran seperti di atas sungguh amat berbahaya dan dapat menciderai keimanan bahkan keyakinan kita terhadap kuasa-Nya.

Secara kita tahu bersama bahwa Allah itu memiliki sifat jaiz dalam menentukan atau menetapkan segala sesuatu. Imbasnya, sebagai orang beriman kita wajib meyakini Qadha dan Qadar yang telah ditetapkan.

Jika Tuhan saja bisa diatur dengan segala apa yang kita inginkan, lalu di mana letak kemahakuasaan Dia?

Meneladani Suri Tauladan Nabi

Selayaknya kita kembali melihat perjalanan Sang Nabi Muhammad SAW, tidakkah tujuan Beliau diutus ke muka bumi ini adalah untuk menjadi suri tauladan bagi kita semua? Maka sudah sepatutnya bagi kita untuk mencontoh dan meneladaninya.

Nabi SAW yang mendapat predikat insan kamil atau manusia paripurna pun tak luput dari mengalami cobaan dan ujian.

Ketika di masa kecilnya Nabi SAW sudah yatim piatu, lalu ketika Beliau berkeluarga anak-anaknya banyak yang wafat dalam usia muda.

Belum lagi kisah perjalanan dakwahnya yang penuh lika-liku, mulai dari pemboikotan Bani Hasyim yang mana penduduk Mekkah dilarang bermuamalah dengan Bani Hasyim sampai dengan kisah Nabi yang terusir dari kota Thaif.

Refleksi Perjalanan Hidup Sang Nabi

Dengan cerita sebelumnya menjelaskan bahwa perjalanan hidup Nabi SAW diisi dengan segala macam tantangan maupun rintangan dan sekarang atas izin-Nya, kita bisa menikmati manisnya iman serta Islam.

Oleh karena itu, jangan sampai kita merasa orang yang paling menderita di antara orang lain walaupun sekarang ini kita ada di masa sulit.

Bersedih, merasa gagal, putus asa dan takut untuk menghadapi masa depan itu hal yang wajar, karena manusia memiliki emosi yang menjadi keistimewaan bagi dirinya sendiri.

Dengan demikian, alangkah baiknya menyikapi bentuk-bentuk cobaan dengan mencontoh dari Sang Nabi SAW.

Penulis: Muhammad Dzikri Yudasmara