Mahasiswa Merasa Salah Jurusan, Harus Bagaimana?

452
Mahasiswa Merasa Salah Jurusan, Harus Bagaimana?
Photo by Antenna on Unsplash

Momentum penerimaan Mahasiswa Baru sudah dimulai di beberapa perguruan tinggi di Indonesia. Meskipun masih menggunakan praktik Perkuliahan Jarak Jauh (daring), tidak menghalangi perguruan tinggi untuk memulai kajian akademik  dan intelektual para mahasiswa baru.

Berbagai respon pertama mahasiswa baru selalu saja menarik untuk diperbincangan. Tak terkecuali masalah klasik yang hampir dapat dipastikan setiap tahunnya, masih banyak mahasiswa yang merasa salah dalam memilih jurusan di perkuliahan.

Lalu, apakah kita termasuk mahasiswa yang salah memilih jurusan? Lantas, bagaimana yang harus kita lakukan jika merasa salah jurusan?

Memilih Jurusan; Kemauan Atau Tuntutan 

Salah jurusan erat kaitannya dengan berbagai macam pertimbangan sebelum kita memilih jurusan dan mengikuti rangkaian seleksi penerimaan mahasiswa baru.

Contohnya apakah ketika kita memilih jurusan tersebut kemauan kita sendiri atau dorongan dari orangtua, juga apakah karena sedang populer dan juga pilihan orang lain seperti orang tua, keluarga, teman, atau orang lain.

Padahal sebenarnya kita kurang minat atau bahkan kurang berkompeten di jurusan tersebut. Pressure tersebut lah yang nantinya justru mempengaruhi kegiatan perkuliahan kita hingga pada akhirnya kita merasa berada di titik “salah jurusan”.

Baca juga: Menjaga Kesehatan Mental di Tengah Pandemi

Secara umum, ciri-ciri mahasiswa yang merasa salah jurusan dapat dikenali dari beberapa hal seperti berikut:

  1. Merasa Kebingungan ketika ditanya perihal alasan mengambil jurusan tersebut. Kebingungan juga saat ditanya rencana hidup lima tahun ke depan atau menjawab ataupun jawabannya tidak linear dengan jurusan kita, dan merasa tidak tertarik dengan prospek karier dari jurusan yang kamu pilih.
  2. Tidak merasa berkembang dari perkuliahan yang didapatkan, dan justru berkembang karena kegiatan lain atau hobi yang tidak berhubungan dengan kuliah.
  3. Tidak memiliki semangat untuk mengerjakan tugas dan proyek kuliah, serta jika ada tawaran pindah jurusan, akan diampil kesempatan tersebut.

Sekilas jika dilihat, salah jurusan memang sebuah keputusan yang bisa dikatakan terlanjur, dan sangat sayang jika mengharuskan mengulang dengan jurusan yang berbeda.

Kerugian dari segi waktu dan materi bisa menjadi pertimbangan kuat untuk terus melanjutkan di jurusan yang dianggap “salah”.

Apa Yang Harus Kita Lakukan ? 

Lalu, hal yang perlu kita lakukan ketika merasa salah jurusan bisa direfleksikan dengan berbagai macam cara seperti berikut:

  1. Berdiskusi dengan orang di sekitar

Perkuliahan bukanlah sesuatu hal yang bisa dianggap enteng, perkuliahan adalah kesempatan emas yang tidak bisa dimiliki orang lain. Orang-orang di sekitar kita merasa bertanggung jawab jika perkuliahan kita terbengkalai.

Cobalah berdiskusi dengan orangtua yang memang harus dilibatkan, terlebih biaya perkuliahan kita yang menjadi tanggung jawab mereka. Setelah itu coba konsultasi dengan senior dan dosen kalian di perkuliahan, yang memang lebih memahami dengan kultur di jurusan.

Mengobrol dan berdiskusi santai dengan teman sejurusan juga bisa menjadi poin penting, seraya coba mulai perbandingkan dengan jurusan yang sebetulnya diminati.

  1. Memperbanyak Soft Skill

Jika merasa di jurusan yang salah, bukan berarti waktu yang telah lewat sia-sia, kitab bisa merefleksikan dengan cara memperbanyak soft skill dengan passion yang kita minati. Dan hal ini bisa diwujudkan dengan mengikuti organisasi atau komunitas, juga mengikuti seminar dan pelatihan yang sesuai dengan passion kita.

Salah Jurusan perlu dikaji lebih lanjut, apakah kita benar-benar merasa salah jurusan atau hanya merasa jenuh saja di tengah tumpukan tugas dan deadline yang memang sudah menjadi konsekuensi kita sebagai mahasiswa.

Yang jelas, salah jurusan bukan berarti salah masa depan. Masa depan cemerlang tidak akan luntur begitu saja hanya karena salah jurusan, coba ciptakan dan persiapkan masa depan yang cemerlang di tengah keterbatasan. Sehingga hasilnya pun akan sangat berkesan dan penuh perjuangan, serta kenangan.

Penulis: M. Hilmy Daffa Fadhilah
(Mahasiswa PAI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)