Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Kota Malang Jawa Timur berkali-kali berhasil mengantarkan siswa-siswinya meraih prestasi di kancah nasional dan internasional melalui ajang olimpiade. Hal tersebut diraih dengan perjuangan dan dorongan maksimal dari pihak madrasah kepada siswa-siswinya yang menjadi peserta ajang tersebut.
Muhammad Surya Siddiq, salah satu siswa MAN 2 Kota Malang, menuturkan bahwa madrasah tempatnya belajar memberikan perlakuan khusus untuknya dan teman-teman lain yang hendak mengikuti perlombaan. Pertama, soal perizinan yang sangat dipermudah. Beberapa rekannya dari sekolah lain cukup sulit dalam memperoleh izin, bahkan ada yang mundur gegara tak mendapatkan restu.
“Kalau di MAN 2, alhamdulillah sangat mudah perizinannya bahkan malah didorong untuk ikut-ikut lomba dan kegiatan lain sejenisnya. Bahkan kalau mau OSK, OSP, OSN biasanya diizinkan keluar kelas sekitar satu bulan sebelum acara untuk persiapan,” katanya kepada Mading.id pada Minggu (25/8/2020).
Lebih dari itu, madrasah juga memberikan fasilitas penunjang berupa pelatih yang siap membimbing dan peralatan yang cukup lengkap. Ia dan rekan-rekannya juga diberi waktu khusus berlatih usai kegiatan rutin di sekolah berakhir. “Terus juga dari sekolah rutin ngadain pelatihan tiap pulang sekolah,” kata siswa yang meraih medali emas di ajang Hanoi Open Mathematics Competition (HOMC) pada 2018 lalu itu.
Bahkan, seluruh sivitas akademika madrasah juga mendoakan keberhasilan mereka secara berjamaah. “Dan biasanya kalau lagi ada yang lomba, didoain bareng-bareng setelah shalat jamaah. Jadi, salah satu faktornya juga itu sih,” ujar pria yang saat ini diterima sebagai mahasiswa kedokteran Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur itu.
Hal serupa juga dirasakan oleh M Habib Luthfi. Menurutnya, dispensasi menjadi penunjang penting untuk fokus dalam mengikuti perlombaan tersebut. “Setelah kita resmi menjadi perwakilan sekolah di OSK, kita diperbolehkan untuk break dengan pelajaran sekolah selama tiga minggu lamanya,” katanya.
Mengutamakan Kesehatan Saat Pelatihan
Adanya pelatihan dan fasilitas peralatan yang lengkap juga menjadi faktor pendukung keberhasilannya dalam menjuarai olimpiade di tingkat nasional itu. “Pihak sekolah sendiri selalu memberikan pembinaan materi olimpiade sedikitnya dua hari dalam seminggu, textbook dan peralatan-peralatan yang dibutuhkan juga cukup lengkap,” kata laki-laki asli Kudus, Jawa Tengah itu.
Bahkan, lanjut Luthfi, MAN 2 Kota Malang memberikan suplemen dan asupan makanan yang baik untuk kesehatannya. “H-7 sebelum OSK, semua perwakilan diberi nutrisi yang cukup setiap hari seperti susu, cokelat, dan Vitamin C. Hal itulah yang menjadi semangat “kecil” bagi kami,” jelasnya.
Karenanya, siswa yang pernah menjuarai kompetisi astronomi di tingkat nasional itu sangat bersyukur dapat menjadi bagian dari MAN 2 Kota Malang. Sebab, tidak saja dukungan materi yang didapat saat mengikuti beragam ajang lomba itu, tetapi juga atmosfer positif sangat terasa.
“Banyak guru-guru MAN 2 kota Malang yang dapat memahami situasi siswa Olimpiade. Hal ini yang jarang kita temui di beberapa sekolah sehingga kita bisa lebih nyaman dan fokus dalam meraih prestasi dengan tetap dapat mengikuti pelajaran sekolah,” kata pria yang kini berstatus sebagai mahasiswa Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada tersebut.
Upaya Surya dan Luthfi
Olimpiade sudah bukan hal yang asing bagi Surya. Ia sudah beberapa kali mengikuti ajang adu kepandaian itu. Bukan saja di dalam negeri, Surya bahkan sudah ke beberapa negara, seperti Bulgaria, Rumania, hingga China dalam rangka mengikuti lomba bergengsi itu.
Namun, hal tersebut tentu saja tidak diraih dengan mudah begitu saja. Upaya keras dilakukan dengan penuh tanggung jawab oleh Surya. Selain belajar di sekolahnya, ia juga mengikuti pendalaman materi di sebuah lembaga kursus saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Saat di MAN, ia mengaku berlatih rutin hampir setiap hari selepas pulang sekolah. Bahkan, saat sudah mendekati perlombaannya, ia mendapatkan pembinaan khusus dan belajar kepada mereka yang berpengalaman.
Di samping itu, ia juga mendapatkan dukungan fasilitas pelatihan nasional dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sebagai persiapan dan seleksi tim untuk olimpiade internasional. “Kalau selama di Pelatnas kan full hanya belajar matematika dan distraksinya sedikit. Jadi, bisa lebih fokus dan pengajarnya juga memang sudah sangat ahli,” katanya.
Hal yang tak kalah penting dalam mengikuti olimpiade, menurut Surya, adalah menjaga emosi. Pasalnya, perlombaan yang berlangsung cukup lama sejak persiapannya kerap kali membuat para peserta tetiba merasa stres dalam menjalaninya. “Itu benar-benar kerasa ngaruh efek ke hasilnya,” ujarnya.
Sementara itu, Habib Luthfi mengaku tidak terlalu spesial soal upayanya. Pasalnya, ia biasanya hanya meluangkan satu hingga dua jam untuk belajar astronomi sebagai bidang yang ia geluti dalam olimpiade. Namun, belajar bidang yang digemari membuatnya rela menghabiskan banyak waktu untuk hal tersebut.
Memang, katanya, pada mulanya agak terpaksa untuk belajar lebih banyak. Namun, ia mampu menikmatinya hingga sering belajar sampai pagi atau hingga menghabiskan waktu liburnya.
Faktor X
Di atas semua usaha yang dilakukan, Surya dan Luthfi meyakini ada faktor x yang bekerja untuk memberikan hasil akhir yang terbaik bagi mereka. Ada doa orang tua, guru-guru, rekanannya, dan berbagai pihak yang mendukung kesuksesannya. Amin yang melangit bagi mereka sangat berdampak positif. Surya pernah merasa suatu ketika ia tidak lagi ada harapan. Namun, entah tetiba bisa berjalan dengan lancar.
“Saya yakin doa teman-teman saya mampu memudahkan perjuangan saya. Oleh karena itu, saya juga mengikuti organisasi dan menjadi panitia beberapa acara sekolah dan mahad di sela-sela pembinaan olimpiade,” kata Luthfi.
Ia juga mengaku bukan saja upaya lahir dengan memperbanyak belajar, tetapi juga harus diiringi upaya batin dengan memperkuat ibadah. Ia hampir tak pernah meninggalkan shalat duha, tahajud, hingga puasa saban Senin dan Kamis.
“Ini yang mungkin menurut saya effort yang agak berbeda. Saya menyakini dan bahkan menamamkan kepada diri saya sendiri bahwa hubungan kita kepada manusia juga mampu memberikan dampak kepada kehidupan kita,” katanya.
Tidak cukup dengan itu, upaya hati juga dilakukan. Ia selalu berusaha tawadu kepada setiap gurunya. “Saya merasa sedih jika saya melakukan hal yang mungkin dapat melukai hati mereka,” ujar Luthfi.
Hal yang mendorong keikutsertaannya dalam olimpiade adalah penghargaan dan hadiah yang menjanjikan jika berhasil meraih juara. Ia mengaku seringkali menggunakan uang hasil olimpiade itu untuk membeli barang yang sangat diinginkannya dan membayar sekolah. “Hitung-hitung membantu beban orangtua juga,” pungkasnya.
Penulis: Syakir NF