Sebagai warga negara Indonesia, kita patut bersyukur karena tinggal di negara penghasil kopi dengan kualitas terbaik yang diakui dunia. Bahkan kita termasuk lima besar negara eksportir kopi terbesar.
Pada setiap gelaran pameran dagang yang diikuti oleh Indonesia, stand kopi selalu ramai oleh antrian pengunjung yang rela menunggu lama demi menyeruput kopi asli Indonesia. Maka tak heran kopi menjadi komoditas unggul dari sektor non-migas untuk dijual ke banyak negara di dunia.
Baca juga Waja Kopi; Cara Ngopi Gaya Baru.
Tantangan Indonesia sebagai Negara Penghasil Kopi
Amerika Serikat adalah negara tujuan pertama ekspor kopi kita. Sebesar 63 ribu ton atau 13% dari total ekspor kopi nasional yang dikirim ke AS senilai USD256 juta. Disusul oleh Malaysia, Jerman, Italia, Rusia, dan Jepang.
Namun sayangnya, belakangan ini produktivitas kopi kita dinilai stagnan oleh Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) Pranoto Soenarto. Bahkan menurutnya, Indonesia terancam menjadi negara importir kopi pertama sepanjang sejarah.
Jika dihitung, dalam periode satu tahun, kita bisa produksi sampai 630.000 ton kopi. Sebanyak 450.000 ton selalu diekspor ke luar negeri. Sisanya sebesar kurang lebih 170.000 ton kopi untuk kebutuhan dalam negeri. Persoalannya, kebutuhan dalam negeri pun selalu meningkat tiap tahunnya.
Jumlah tersebut dikhawatirkan akan menjadi tidak cukup. Maka AEKI pun meminta pemerintah untuk mendorong para petani kopi untuk terus meningkatkan produktivitasnya. Karena jika produktivitasnya stagnan, ancaman Indonesia menjadi negara importir kopi jadi kenyataan.
Tentu tidaklah mungkin pemerintah menurunkan jumlah ekspor yang selama ini berjalan untuk kebutuhan dalam negeri, ambisi meningkatkan justru yang selalu ada. Karena bisa menaikkan nilai ekspor non-migas. Maka meningkatkan produksi adalah satu-satunya jawaban.
Primadona Kopi Nusantara
Sekedar informasi, salah satu kopi Indonesia yang paling laris di pasar ekspor adalah kopi Gayo dari Aceh. Siapa yang tak tahu kopi yang satu ini. Cita rasanya yang khas dan aromanya yang begitu harum membuat konsumen pasar internasional tak ingin melewatkan kopi yang satu ini.
Maka pantas saja kopi gayo mendapat pengakuan sebagai kopi terbaik dari Specialty Coffee Assosiation of Eorope (SCAE), asosiasi kopi special yang konsen terhadap standar kualitas kopi dunia di daratan Eropa.
Ketenaran kopi gayo semakin membuat permintaan pasar global terhadap kopi ini menjadi sangat tinggi. Bahkan selama periode 2017 lalu, nilai ekspor kopi gayo mengalami peningkatan hingga 200% jika dibandingkan pada 2016.
Yang terbaru, pemerintah Indonesia melalui Ditjen PEN Kementerian Perdagangan baru saja diminta buyer-buyer baru untuk mengimpor kopi ini ke negara mereka. Salah satunya ialah buyer asal Kanada.
Pasar Ekspor bagi Komoditas Kopi Indonesia
Melalui kerja sama Kemendag dengan Global Affairs Canada dalam Trade and Private Sector Assistance (TPSA) Project, para pengusaha kopi dari Takengon telah berpartisipasi pada pameran Global Specialty Coffee Expo di Seattle, Amerika Serikat awal tahun 2018 lalu. Tak hanya mengikuti pameran, para pengusaha kopi juga mendapatkan pembinaan selama dua tahun oleh TPSA Project.
Sebagai tindak lanjut dari pameran tersebut, kini para buyer diajak mengunjungi Perusahaan kopi gayo binaan TPSA Project seperti Koperasi Arinagata, PT. Meukat Komuditi Gayo, PT. Orangutan Lestari, Koperasi Redelong Organik, dan Koperasi Kopi Wanita Gayo (Kokowagayo) untuk memberi informasi secara langsung bagaimana kopi gayo ditanam dan diproses. Tujuannya, memberikan keyakinan pada buyer akan kualitas kopi gayo.
Apabila transaksi dengan Kanada berjalan lancar, pasar ekspor kembali terbuka lebih lebar bagi komoditas kopi Indonesia. Akan sangat disayangkan apabila jalan baru yang dibuka Kemendag menjadi sia-sia apabila Kementerian yang mengurus sektor produksi tidak serius. Jangan sampai kita kehilangan pasar ekspor akibat produktivitas yang rendah.
Tulisan ini Pernah dimuat di Qureta.com
Penulis: M. Fadyan Fidiafif