“Bangunlah jati diri yang hebat untuk menarik perhatian orang-orang hebat.” (Mario Teguh)
“Sebenarnya, hidupku ini untuk apa sih?” sebuah pertanyaan yang umum diucapkan oleh kaum remaja di manapun mereka berada. Mulai dari polosnya siswa SMP hingga masa pemberontakan akademik atau organisasi, alias mahasiswa. Sadarkah kamu, proses pembentukan identitas saat remaja amat penting.
Mereka mulai menanyakan segala hal dalam hidup, pastinya pertanyaan yang lebih penting daripada menggali makna komprehensif kata “terserah” saat kencan pertama. Tidak hanya itu, mereka juga sudah mulai moody-an atau perubahan suasana hati tidak menentu, sensitivitas meningkat, dan konflik diri mempertanyakan eksistensi hidup di dunia yang fana ini. Jadi, apa yang sebenarnya para remaja ini alami?
Apakah Wajar Seorang Remaja Mengalami Krisis Identitas?
Sangat wajar, kok! Bahkan, James Marcia menyederhanakan fase ini dengan sebutan pergolakan emosional. Nah, krisis identitas ini pertama kali dicetuskan seorang psikolog Jerman, Erik Erikson. Satu catatan penting darinya, krisis identitas ini tidak hanya wajar dialami remaja, tetapi memang sesuatu yang wajar dialami seumur hidup. Hal ini tergantung dari seberapa banyak tantangan baru yang seseorang temui dan selesaikan dalam menjalani kehidupan ke depannya.
Baca juga: Mencintai Diri Sendiri
Saat menanjak semakin dewasa, manusia tentu penasaran dengan dirinya sendiri. Mereka bahkan bingung bagaimana harus bersikap, berprinsip, dan berbuat apa di tengah sayup-sayup kehidupan yang entah mana nilai kebenaran itu cocok dengan dirinya. Ketika seorang remaja sudah mulai bingung apakah teman-teman sehidup semati di circle ini akan menawarkan jaminan masa depan dan seperti apa harus bersikap kepada orang lain agar dirinya bisa diterima, maka kemungkinan besar ia sedang berkelana di tengah ombak krisis identitas.
Jadi, Bagaimana Cara Agar Remaja Bisa Lolos dari Jeratan Krisis Identitas?
Kita harus sadar dahulu, bahwa krisis identitas bukanlah sebuah ketakutan abadi, tetapi anggap saja sebagai persiapan matang masa depan dengan mengenali potensi diri. Nah, demi mengelola krisis identitas secara positif, ada beberapa cara yang bisa kamu lakukan!
Filosofi Es Krim
Apakah kamu memiliki satu rasa es krim yang sangat kamu sukai? Entah rasa coklat, mangga, ataupun lainnya. Coba kamu ingat kembali, bagaimana kamu bisa memutuskan rasa es krim favoritmu? Tentunya, kamu harus merasakan berbagai varian rasa es krim terlebih dahulu, bukan? Nah, begitu juga dengan hidup! Mumpung masih remaja, silakan kamu eksplorasi apapun kegiatan positif yang bisa dilakukan.
Entah berjualan kecil-kecilan, menulis, bermain sepak bola, menggambar, fotografi, desain grafis, pidato, negosiasi, dan lainnya. Setelah kamu mencoba berbagai aktivitas tersebut, coba kamu pertanyakan ini kepada dirimu. Aktivitas apa saja yang membuatmu bahagia dan nyaman? Apakah kamu memang enjoy dan sanggup melakukan itu dalam waktu yang lama?
Ikut Komunitas yang Mengembangkan Kemampuanmu
Setelah kamu menemukan apa aktivitas yang kamu sukai, kamu harus mengembangkan potensi tersebut. Dengan apa? Mudah saja, ikuti komunitas di lingkunganmu, baik ekstrakurikuler, organisasi, ataupun unit kegiatan mahasiswa. Sebelum mengambil keputusan untuk ikut di satu komunitas, kamu wajib mempertanyakan dua pertanyaan ini.
- Apakah kamu bisa mengembangkan potensimu dengan mengikuti komunitas ini? Bisa dilihat dari postingan Instagram ataupun amati kegiatan rutinnya.
- Apakah teman-teman dalam komunitas tersebut bisa saling support atau malah individualis mengejar target program kerja saja? Bisa kamu jawab dengan ikut komunitasnya minimal dua bulan atau ngobrol santai dengan pengurus komunitas untuk tahu seluk-beluk komunitasnya.
Temukan Mentor Pengembangan Diri
Selain komunitas, kamu perlu banget menemukan seorang mentor yang bisa mengamati seberapa berkembangnya kamu selama ini, baik dalam potensi maupun emosi. Biasanya, banyak online class ataupun workshop yang menawarkan layanan tersebut. Silakan manfaatkan sebaik-baiknya, karena uang yang kamu “hamburkan” untuk mendampingi proses hidupmu tidaklah sia-sia, melainkan menjadi investasi masa depan.
Sudah Siap Berkelana?
Masa-masa remaja terlalu indah dilewati tanpa proses pemaknaan hidup yang berarti. Masa ini hanya dilewati sekali. Jangan sampai menyesal di kemudian hari, karena membuang kesempatan emas ini. Krisis identitas remaja memang rumit, tetapi terasa lancar apabila dikelilingi teman-teman yang saling mendukung (support system) dan serius mengembangkan potensi. B
ukan masalah bisa atau tidak, tetapi mau atau tidak menghadapi kenyataan ini. Selamat berjuang! Kamu pasti bisa menemukan solusi yang tepat demi masa depan yang gemilang. Jadi, sudah siap berkelana mencari jati diri dalam fase krisis identitas?
Penulis: Aryadimas Suprayitno
(Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara)