Kelompok Kriminal Bersenjata: Wajah Intoleransi dari Papua.

804
kelompok
Sumber Foto Akicepri.com

Serangkaian Serangan Biadab

Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua melakukan penembakan terhadap masyarakat sipil di Kampung Julukoma, Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua, pada hari kamis (8/4/2021). Akibatnya, seorang guru SD atas nama Oktovianus Rayo (43) tewas dalam penembakan itu. KKB di Papua membakar tiga sekolah di Kabupaten Puncak. Pembakaran dilakukan sore hari usai penembakan terhadap guru SD. Mereka juga membakar rumah guru. Kini kondisi bangunan-bangunan itu disebut rata dengan tanah, (8/4/2021).

Baca juga: Bersyukur karena ber-Ramadan di Inggris Raya

Selang beberapa pekan, KKB kembali berulah, kini terhadap seorang siswa atau pelajar. Satu orang pelajar SMA di Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua, tewas ditembak KKB. KKB juga membakar motor korban. Dia menyebut korban ditembak sebanyak dua kali di bagian kepala, Jumat (21/4/2021).

Sebelumnya, salah satu prajurit TNI Banteng Raider Prada Ginanjar Arianda gugur diberondong tembakan oleh KKB Papua. Prada Ginanjar meninggal dunia mengalami luka di bagian pinggang hingga menembus bagian perut, (15/2/2021).

Hal yang melatarbelakangi terjadinya penyerangan

Aksi teror dan pembunuhan sadis kelompok kriminal bersenjata (KKB) di sejumlah daerah Papua, khususnya Intan Jaya, salah satu tujuannya adalah mencari perhatian masyarakat dunia. Sebab dukungan terhadap mereka untuk memisahkan diri dari Indonesia mulai berkurangan. Dukungan dari negara-negara Pasifik yang sebelumnya setuju dengan gerakan Papua Merdeka, kini meredup.Selain redup dukungan dan simpati dunia, KKB juga kehilangan sebagian pentolan diplomasinya di luar negeri. Seperti Nicholas Messet, Franz Albert Yoku dan Nicolas Jouwe. Bisa dikatakan bahwa Gerakan KKB ini adalah penyerangan dengan tujuan propaganda di Papua.

Kapolda Papua Irjen Paulus Waterpauw menyebut kesejahteraan sosial menjadi hal lain yang membuat aksi KKB Papua di sana semakin menjadi-jadi. Menurut Paulus, para anggota KKB Papua di sana adalah pengangguran. keterlibatan kepala daerah (Bupati hingga Kepala Desa) dalam menyelesaikan konflik dan kekerasan di Papua sangat diharapkan. Sebab, pemerintah pusat sendiri sudah luar biasa dalam memberikan bantuan. Bantuan dalam bentuk dana otonomi khusus maupun berbagai infrastruktur yang dibangun dalam lima tahun terakhir ini.

Paulus Waterpauw merujuk pada perubahan yang terjadi di sejumlah daerah di Papua. Wilayah ‘Merah’ pernah disematkan untuk Kabupaten Puncak Jaya, Puncak Dilaga, Tolikara, Jayawijaya, dan Lany Jaya. Tapi sekarang tak lagi terjadi konflik KKB Papua di sana. Penanganan yang tepat dan pendekatan kekeluargaan Pemerintah Daerah turut andil meredam situasi yang mencengkeram pada saat itu. Adapun di Intan Jaya dan Nduga, justru dalam tiga tahun terakhir aksi teror KKB Papua seperti tak berujung di sana.

Pengkhianat Bangsa dan Amunisi Senjata

Oknum prajurit TNI Pratu Lukius Y Matuan diduga membelot ke kelompok kriminal bersenjata (KKB) Papua. Pratu Lukius diduga bergabung KKB pimpinan Sabinus Waker yang beroperasi di wilayah Kabupaten Intan Jaya, Papua. Lukius diperkirakan kabur sejak 12 Februari tanpa membawa senjata. Brigjen Suswatyo menambahkan Pratu Lukius sudah dianggap sebagai pengkhianat dan masuk dalam daftar anggota KKB di Intan Jaya.

Senjata yang dimiliki oleh KKB ini didapatakan dari berbagai cara. Pertama, rampasan senjata milik TNI-POLRI. Senjata mereka ambil dari pos-pos TNI dan Polisi yang ada disana. Kini KKB sudah memiliki 20 senjata seperti M-16 dengan peluru kaliber 5,56 mm. Jarak efektif tembakan sekitar 500-800 meter. Namun peluru bisa mencapai jarak 3.000 meter. Kemudian AK-47 dan AK-74 yang selalu ada di negara konflik, Senapan mesin PKM dan Steyr AUG.

Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan sumber senjata yang dimiliki oleh KKB juga berasal dari Papua Nugini. Ia menjelaskan senjata tersebut dikirim dari Papua Nugini menggunakan jalur ilegal. Tapi senjata itu bukan dipasok oleh pemerintah Papua Nugini. Seperti diketahui, medan di Papua cukup sulit dijamah. Di kelilingi oleh lautan dan hutan. Inilah yang membuat mudah KKB menyelundupkan senjata.

Perdamaian bukan Hal yang Mustahil

Pengamat militer sekaligus Mantan Wakasad Letjen (Purn) Kiki Syahnakri menjelaskan cara untuk menghentikan pasokan senjata ilegal dan meredam kisruh ini adalah dengan menyelesaikan ketidakadilan sosial di Papua. Dengan begitu, hati rakyat Papua bisa direbut kembali. Menurutnya, bila dihadapi secara militer, berarti penyekatan senjata juga dilakukan secara militer. Dia juga mengusulkan penyelesaian konflik dengan melibatkan pihak ketiga. Namun, bukan berasal dari asing atau luar negeri. Pihak ketiga ini bisa dari kelompok lokal seperti dewan gereja dan organisasi adat di Papua.

Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Asfinawati, mengatakan bahwa berdasarkan data yang dimiliki, kisruh di tanah Papua kebanyakan disebabkan terjadinya pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). Namun, dalam upaya penyelesaiannya, pemerintah seolah hanya mengeluarkan wacana-wacana tanpa ada langkah konkrit yang dilakukan. Sehingga, kelompok-kelompok masyarakat Papua gencar melakukan perlawanan.

Sehingga, ada dua cara yang dianjurkan kepada pemerintah untuk menyelesaikan kisruh tersebut.  Pertama, melakukan pendekatan pada sisi kemanusiaan dengan berdiskusi terkait pembagian hasil alam. Selain itu, juga lebih menghargai kebudayaan masyarakat Papua yang masih menjadi pedoman kuat mereka. Kemudian, yang kedua, tidak menggunakan pendekatan militer dengan menarik personel TNI yang berada di Papua. Sehingga dengan penarikan tersebut, maka, masyarakat Papua akan menilai jika pemerintah sudah memberikan keadilan bagi mereka.

Kedua, pengendalian situasi pun bisa menggunakan cara soft approach dengan merangkul tokoh-tokoh masyarakat yang disegani di Papua untuk berdialog kepada KKB agar tidak melakukan aksi kekerasan. Namun, jika metode itu tak ampuh, maka, cara terakhir yang harus dilakukan, yaitu memberikam tindakan tegas untuk menghentikan kisruh yang masih saja terjadi.

Penulis: M. Hilmy Daffa Fadhilah
(Mahasiswa PAI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)