Ada yang unik dari rangkaian aktivitas bulan Ramadhan di Turki, Kadir Gecesi, begitulah orang-orang Turki menyebutnya. Kadir Gecesi adalah tradisi malam Lailatul Qadar yang diperingati oleh masyarakat di Turki. Berbeda dengan masyarakat muslim di Indonesia yang berlomba-lomba mencari Lailatul Qadar pada 10 malam terakhir bulan Ramadhan, sebagian besar masyarakat Turki meyakini bahwa malam Lailatul Qadar selalu jatuh pada malam ke-27 bulan Ramadhan.
Jika kita melihat kalender-kalender Turki, setiap tahunnya malam lailatul qadar telah diketahui akan jatuh pada tanggal berapa masehi. Hal itu tak lepas dari maklumat yang telah dikeluarkan oleh Kementrian Agama Republik Turki. Sebagai upaya untuk memeriahkan perayaan malam Kadir Gecesi, pemerintah daerah senantiasa menyerukan dan mengundang masyarakat untuk memenuhi masjid-masjid. Terbukti, masjid-masjid di seluruh penjuru kota dan desa mulai ramai setelah waktu salat maghrib. Perayaan kegiatan besar biasanya dipusatkan di masjid utama kota yang dalam bahasa Turki disebut ulu camii. Panitia perayaan menyiapkan serangkaian kegiatan mulai dari salat tarawih bersama (20 rakaat dengan sekali salam setiap 4 rakaat), salat witir (3 rakaat), salat sunnah (4 rakaat), tadarus Al-Quran, penampilan kaside (kasidah), ceramah berisikan vaaz (nasihat), dan menyenandungkan naat (puji-pujian yang dilantunkan kepada Nabi SAW). Begitulah masyarakat Turki beri’tikaf menikmati malam lailatul qadar setiap tahunnya.
Baca Juga: Bukan Pamer, Tapi Kangen Ramadhan Di Indonesia
Usai memperingati Kadir Gecesi di dalam masjid, orang-orang akan berhamburan keluar dan saling bersalaman serta berpelukan sembari saling meminta maaf dan mengucapkan salam serta doa ‘Kadir Geceniz Mübarek Olsun’ (Semoga Allah Memberkahi Malam Lailatul Qadarmu). Kehangatan semacam itu mungkin biasa kita lihat di Indonesia setiap usai salat hari raya idul fitri.
Selain itu, pada malam Kadir Gecesi, para jamaah yang usai mengikuti rangkaian kegiatan biasanya akan bersedekah saat itu juga. Tak ketinggalan, orang-orang Turki juga akan berbondong untuk ziarah ke makam-makam wali atau sahabat sebelum mereka kembali ke rumah masing-masing.
Sebagai orang Indonesia mungkin kita akan bertanya? Mengapa Lailatul Qadar di Turki di samping telah ditentukan waktunya juga terkesan begitu formal yang diperingati secara seremonial dengan antusiasme yang tinggi dari masyarakat? Jawabannya tak lain karena, Kadir Gecesi adalah termasuk dari 5 malam mulia (Kandil Geceleri) yang diperingati masyarakat Turki setiap tahunnya semenjak zaman Ustmaniyah dahulu. Kelima malam tersebut ialah Kadir Gecesi (Malam Lailatul Qadar), Beraat Kandili (Malam Nisfu Sya’ban), Regaip Kandiili (Malam Lailatul Raghaib), Miraç Kandili (Malam Isra’ Mi’raj) dan Mevlid Kandili (Malam Maulid Nabi). Pada malam-malam mulia tersebut, masyarakat Turki akan mengesampingkan urusan-urusannya dan berbondong-bondong untuk memenuhi masjid untuk turut memperingati perayaannya. Bagi orang Turki, malam-malam tersebut adalah laksana malam-malam hari raya bagi orang Indonesia.