Perkenalkan nama saya Abdullah Aufa Fuad. Saya kuliah S1 di UNAIR (Universitas Airlangga) melanjutkan S2 Master ke Perancis di Nanotechnology.
Kenapa saya memeilih Perancis untuk melanjutkan studi?. Karena sejak saat saya bimbingan skripsi (proposal skripsi), dosen pembimbing saya adalah alumni dari Universitas di Belgia. Nah, di situ saya mulai ada keinginan untuk melanjutkan studi di Negara yang tekhnologi perkembangannya sudah sangat expert.
Terutama karena skripsi saya tentang nanotechnology. Di Indonesia, nanotechnology masih kurang berkembang. Masih belum bisa untuk melanjutkan studi (lanjutan). sementara di Eropa, nanotechnology sudah sangat maju. Terutama di Negara-negara seperti Perancis dan Jerman.
Nah, saat itu saya termotivasi untuk melanjutkan skripsi saya. Kenapa kok motivasinya datang ketika skripsi? Karena ketika saya skripsi itu saya merasa “wah, akhirnya waktu yang saya tunggu-tunggu datang, karena kuliah saya molor”. seakan “molor” atau keterambatan saya menyelesaikan kuliah, terbayar dengan keinginan yang menggebu untuk melanjutkan studi.
Sahabat mading, saya kuliah itu lima setengah tahun. Jadi ketika beberapa teman itu sudah lulus, saya merasa kapan nih aku skripsi? Ketika aku mengerjakan skripsi, perasaan jadi plong. Akhirya saya bisa mengerjakan skripsi. Setidaknya perasaan itu yang saya rasakan.
Nah, ketika saya mengerjakan skripsi, langsung ayo ini kita selesaikan. Yang dari lama saya tunggu-tunggu. Sebenarnya saya sudah ada ketertarikan untuk meneliti nanotechnology, hanya saja terkendala belum bisa mengambil dan menyelesaikan tugas akhir kuliah(skripsi).
Ketika proses mengerjakan skripsi,tanpa pikir panjang saya tumpahkan semua energi. Seakan membalas dendam atas waktu yang terbuang. Inilah yang saya tunggu-tunggu, batin ini bergejolak. Disaat ini lah, saya sempatkan untuk mapping kembali tentang mimpi kedepan. Kira-kira di manakah saya harus melanjutkan kuliah. Kelewat semangat lah pokoknya, skripsi aja baru dimulai. Kuliah ke luar negeri sudah terngiang.



Browsing, cari informasi, tanya dosen atau siapa saja yang kita anggap punya kompetensi menjadi temen curhat masa depan kita. Informasi tentang program master terus bergulir, seakan satu paket dengan keharusan selesainya tugas pokok saya. Pokoknya jangan sampai salah “curhat” untuk urusan masa depan atas mimpi-mimpi kita.
Nah setelah selesai sidang, untuk menunggu wisuda itu kan ada jeda waktu. Jeda waktu itu saya manfaatkan untuk mencari informasi dulu dan bagaimana caranya untuk pergi ke sana. Dari hasil yang saya cari, at least (setidaknya) ada beberapa pertimbangan, terutama di Taiwan. Di Taiwan itu tekhnologi juga lumayan maju, kemudian tidak terlalu jauh dengan Indonesia. Dan yang kedua di Eropa, terutama di Belanda dan Perancis.
Akhirnya, ketiga-tiganya saya apply. Nah kemudian yang diterima Perancis. Bagaimana cara apply-nya? Nanti akan saya terangkan di sesi selanjutnya. Cuma saya suka Perancis karena ekspektasi saya di sana sangat menghargai pengetahuan dan banyak ilmuan-ilmuan di bidang saya (fisika) yang berasal dari Perancis.
Jadi saya merasa datang ke sana itu seperti kita sedang belajar Agama terus datang ke Makkah atau Madinah. Semacam itu lah. Jadi banyak Ulama’ atau saintis yang lahir, besar dan berproses di sana. Banyak buku-buku yang kita baca di S1 itu karya-karya dari ilmuan sana. Ternyata pun ketika di sana itu dosen saya juga pernah dibimbing oleh penulis buku yang saya baca ketika S1.
Jadi, kultur tekhnologi dan kultur sains itu sangat dekat di Negara yang sudah memang punya sejarah panjang dalam dunia sains. Jadi itu menjadi motivasi saya. Terima kasih sahabat Mading, jumpa lagi dengan catatan berikutnya tentang bagaimana meraih mimpi. Semoga Bermanfaat.
Bersambung,
- Diolah dari obrolan tim mading.id bersama sahabat Abdullah Aufa Fuad (Bagian 1)