Berfokus Kembali pada upaya pemulihan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia, salah satu sektor yang menjadi andalan adalah penguatan branding dan promosi pada sektor Gastronomi Indonesia.
Berangkat dari sebuah persoalan bagaimana masakan Indonesia belum memiliki posisi yang sama dengan masakan negara tetangga, seperti Thailand, studi ini bertujuan untuk memberikan dasar pengambilan keputusan dalam pengembangan subsektor kuliner melalui kerangka pariwisata dan ekonomi kreatif.
Peran penting komunikasi pemasaran digital dapat digunakan dalam mempromosikan pariwisata gastronomi dan menggunakannya untuk menarik, melibatkan, dan membangun hubungan dengan wisatawan pecinta kuliner Indonesia, peran pelaku industri, pemerintah sebagai fasilitator, dan masyarakat luas sebagai penerima dampak positif dari branding gastronomi dan kuliner Indonesia.
Baca juga: Transformasi Digital di Indonesia Bagaikan Pisau Bermata Dua
Dalam mempromosikan kuliner nusantara bersama dengan pariwisata, kerjasama dengan berbagai pihak belum berjalan, meski strategi promosi sudah menjadi prioritas sejak lama.
Keberadaan perdagangan rempah dan beberapa produk makanan Indonesia yang sudah mendunia sebenarnya menjadi pembuka jalan untuk itu berbagai model kerja sama dapat dikembangkan dengan berbagai pihak baik pemerintah maupun non-pemerintah, termasuk di dalamnya kegiatan untuk membangun branding gastronomi.
Kolaborasi Aktor dan Peran
Sinergi antar aktor yang terhubung dengan kerangka pentahelix (ABeGe CaeM) adalah sebuah strategi yang tepat untuk dijalankan. Keberhasilan program kerja dengan pentahelix terletak pada prinsip berbagi peran dalam sebuah kerja sama. Hubungan kerja yang terbangun inilah yang kemudian menjadi bagian dari ekosistem gastronomi.
Kerja sama dengan media sebagai agent of change sangat diperlukan dan peran yang sangat kuat di dalamnya dilakukan oleh mereka yang bekerja sebagai food journalist, food stylist, dan Gastronomy Enthusiast .
Strategi menggunakan media digital dalam branding gastronomi Indonesia menjadi langkah yang strategis saat ini. Meskipun realitas yang ada di dunia maya tidak terlalu merepresentasikan realitas di dunia nyata.
Baca juga: TikTok; Representasi Dua Sisi Digitalisasi
Akan tetapi, Indonesia memiliki basis massa yang sangat besar dalam platform digital. Pengguna media sosial yang hampir 200 juta orang dapat berperan sebagai penyampai informasi tentang produk makanan yang paling cepat dan mudah.
Salah satu pengukuran terpenting tentang existing minat masyarakat dunia terhadap kuliner Indonesia dapat dilihat dari jumlah penelusuran masyarakat dunia di YouTube terhadap Indonesian Food.
Meskipun diketahui bahwa data dari beberapa media sosial memperlihatkan branding makanan Indonesia masih jauh tertinggal dari negara tetangganya. Mengamati perkembangan promosi dan industri makanan saat ini di media digital dan media sosial, memperlihatkan bahwa minat seseorang untuk membeli makanan melalui daring meningkat drastis, terutama untuk konsumen di dalam negeri di daerah perkotaan.
Hal ini disebabkan karena berbelanja secara daring melalui media digital memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah, saling berbagi konten dan informasi serta jangkauannya yang luas. Pembeli yang menggunakan media sosial kecenderungannya memilih makanan sehari-hari atau makanan rumahan.
Kemenparekraf menjadi lokomotif menggandeng stakeholders lain membangun branding gastronomi sekaligus gastro destinasi, membangun komitmen bersama untuk memperkuat gastronomi guna meningkatkan gastrodiplomasi Indonesia.
Kolaborasi dan pemetaan fungsi dan peran setiap aktor untuk meningkatkan sinergitas antar pihak. Media digital patut menjadi salah satu pertimbangan sebagai aktor kunci dalam branding gastronomi Indonesia. Salah satu strategi yang dapat diaplikasikan dalam waktu dekat adalah promosi digital melalui penggunaan tagar yang ditentukan oleh Kemenparekraf sebagai leading actor.
Penulis: Habibi Fahmi