Fenomena Hustle Culture: Kerja, Kerja, Kerja, dan Tipes!

430
Hustle Culture
Photo by Dai KE on Unsplash

Slogan-slogan yang mengarahkan kita ke arah budaya gila kerja kerap kali kita temui di mana-mana. Meskipun slogan-slogan tersebut terkesan memotivasi, tetapi sesungguhnya ini dapat mengarahkan kita ke arah fenomena Hustle Culture.

Hustle culture adalah suatu budaya kerja keras mendorong diri sendiri dan melewati batas kemampuan untuk mencapai tujuan seperti kekayaan, kemakmuran dan kesuksesan lebih dini. Fenomena inilah yang tengah terjadi di kalangan anak muda.

Kerja keras memang sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Namun, bukan berarti Anda hidup semata-mata untuk bekerja. Jika Anda seorang penggila kerja atau workaholic, bisa jadi Anda terperangkap gaya hidup hustle culture.

Psikolog Riliv, Graheta Rara Purwasono mengatakan Tren hustle culture ini hampir dialami oleh sebagian besar pekerja di berbagai perusahaan, terutama kalangan generasi milenial yang fresh graduate.

Tuntutan kebutuhan hidup yang banyak mengharuskan mereka bekerja lebih keras supaya mendapatkan penghasilan besar meskipun mengesampingkan kesehatan diri sendiri.

Fenomena hustle culture juga dipicu faktor eksternal salah satunya celoteh (quotes) orang-orang sukses turut mendorong orang untuk kerja, kerja, dan kerja. Kata-kata yang memicu motivasi ini dapat membuat banyak orang semakin gila kerja.

Apa dampak dari Hustle Culture?

Penelitian yang dilakukan Current Cardiology Reports pada 2018 menemukan bahwa orang yang bekerja lebih dari 50 jam per minggu memiliki peningkatan risiko penyakit.

Jam kerja panjang dapat menyebabkan tekanan darah dan detak jantung meningkat, karena aktivasi psikologis yang berlebihan dan stres. Selain itu lembur kerja juga berkontribusi pada resistensi insulin aritmia, hiperkoagulasi dan iskemia antara yang sudah memiliki beban aterosklerotik tinggi, diabetes hingga stroke.

Jika terus dilakukan, hustle culture juga dapat meningkatkan stres dan berujung burnout. Burnout adalah kondisi saat seseorang merasa lelah berkepanjangan karena stres kerja yang berat. Burnout dapat mempengaruhi kesehatan mental dan fisik.

Selain itu, dampak dari gaya hidup ini yakni hilangnya work life balance. Sebuah kondisi yang seimbang antara karir dan kehidupan pribadi.

Baca juga: Tetap Asyik Hadapi Lingkungan Kerja Toxic

Bagaimana mengubah pola pikir dan bekerja sewajarnya?

Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan agar tak terperangkap gaya hidup hustle culture.

Hindari membandingkan diri

Media sosial menjadi salah satu sumber tekanan yang menciptakan budaya kerja tanpa istirahat, semua orang ingin terlihat sukses dan mapan dalam pekerjaan. Kemudian bangga dengan memamerkan bekerja di tengah malam atau di akhir pekan. Usahakan untuk tidak membandingkan diri dengan mereka yang memamerkan hal tersebut di media sosial.

Cari hobi di luar pekerjaan

Mencari waktu luang untuk menjalani hobi dan segala yang dicintai agar membuat hidup semakin seimbang. Biasanya dikenal dengan work life balance, setidaknya jangan biarkan waktu yang dijalani termakan oleh pekerjaan.

Stres yang muncul karena pekerjaan bisa seketika hilang jika seseorang melakukan aktivitas yang disenangi. Seperti bertemu keluarga, pasangan hingga berkumpul bersama teman. Sosialisasi sangat berpengaruh pada kebahagiaan dan membuat seimbang dengan pekerjaan.

Tahu batasan diri

Cara selanjutnya agar diri terhindar dari hustle culture adalah mengetahui batasan diri dan membuat batasan yang jelas. Paham dan tahu kapan berucap tidak dan berani untuk mengatakannya, tahu kapan tubuh sudah meminta untuk istirahat dan tahu kapan tubuh bisa diajak bekerja keras. Jangan memaksakan karena ingin memenuhi standar tak manusiawi.

Menciptakan keseimbangan dalam bekerja dan situasi yang sehat di kantor merupakan hal yang sebaiknya dianut oleh pekerja ketimbang budaya hustle culture. Lingkungan kerja yang suportif dan menghargai setiap usaha bisa membuat kondisi mental si pekerja menjadi lebih baik dan tidak tertekan.

Alangkah baiknya kita merenungi apa yang sebenarnya ingin kita capai, akankah hustle culture membawa kita pada kesuksesan yang kita impikan?

Penulis: Suci Amaliyah