Ekonomi Pelik Tak Halangi Jadi Mahasiswa Terbaik

645
Ekonomi
Photo by Jeremiah Lawrence on Unsplash

Keterbatasan ekonomi tentu saja membuat beragam hal menjadi pelik. Namun, itu tak menghalangi tekad Siti Rodiah membawa pulang titel sarjana bagi keluarganya. Tentu bukan sekadar embel-embel di belakang namanya itu yang dipersembahkan kepada kedua orang tuanya.

Lebih dari itu, dara 22 tahun itu berhasil mendapat predikat sebagai mahasiswa terbaik di kampusnya, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Jati Bandung, Jawa Barat.

Harapan Kedua Orang Tua

Emak dan Abahnya menjadi sepasang pengisi daya semangatnya dalam berjuang mencapai kesuksesan. Keduanya bercita-cita agar putrinya tersebut tidak seperti mereka yang tidak berkesempatan merampungkan Sekolah Dasar. Mereka menginginkan anak-anaknya dapat berpendidikan tinggi.

“Harapan beliau semoga anak-anaknya dapat meningkatkan harkat martabat kedua orang tu. Itulah yang selalu saya ingat sehingga berusaha ikhlas dalam menghadapi kesulitan dan tangguh menjalani kehidupan untuk meraih cita-cita yang saya impikan,” katanya kepada Mading.id pada Jumat (18/9).

Tentu saja banyak aral melintang selama menjalani kuliahnya. Namun baginya, kehidupan berjalani lebih indah ketika senantiasa dilalui dengan ikhlas dalam menghadapi kesulitan, disiplin terhadap impiannya, dan teguh ketika menemui hambatan.

“Begitu pula dengan setiap ejekan yang datang selalu saya jadikan motivasi agar lebih semangat dalam belajar dan lebih sukses dalam meraih harapan dan cita-cita,” ujar peraih sarjana pendidikan matematika itu.

Selalu Fokus Pada Tujuan

Ia menekankan pada dirinya untuk selalu fokus pada tujuan, jangan sampai fokus pada masalah. Sebab, apa yang kita fokuskan itulah, menurutnya, yang akan berkembang. Tak lupa juga untuk senantiasa bersyukur dan selalu tersenyum apapun keadaannya.

Meskipun demikian, sebagai manusia tentu saja ia mengalami beragam hal yang tidak diharapkannya. Namun, ia selalu ingat hukum alam dalam kehidupan ini, bahwasannya kesusahan itu biasa, tapi bersama kesulitan pasti ada kemudahan dan pada akhirnya rasa sakit itu pasti akan terbayar.

“Daripada bersedih akan apa yang saya tidak miliki lebih baik bersyukur dengan apa yang saya miliki,” kata perempuan asal Malangbong, Garut, Jawa Barat itu.

Rodiah percaya, kesulitan yang diberikan itu merupakan cara Allah untuk menjadikannya lebih mandiri. Kemandirian menjadikannya lebih kuat dalam menjalani hidup dan lebih kuat dalam mengatasi berbagai masalah.

“Belajar untuk hidup mandiri sebagai cara untuk bisa memperbesar kapasitas diri dan tanggung jawab. Jangan cepat putus asa ketika mengalami kegagalan, teruslah bangkit dan belajar dari kegagalan tersebut,” ujarnya.

Tekun Berupaya

Bukan perkara mudah untuk menyelesaikan studi tepat waktu dengan nilai cumlaude. Apalagi kuliahnya dijalani dengan kesibukan bekerja sebagai pengajar privat dan bimbingan belajar.

Ketekunan dalam berupaya mewujudkan cita-citanya, sesulit apapun situasinya dan setidak nyaman apapun kondisinya, menjadi kunci keberhasilannya. Maksimalnya usaha memberikan proses dan pengalaman yang sangat berarti.

Artikel terkait Universitas, lihat Kuliah Gratis di Universitas Terbaik Dunia sambil Rebahan.

“Meskipun tidak semuanya berjalan sesuai harapan tapi asalkan sudah memberikan yang terbaik maka akan selalu ada hadiah terbaik yang menanti,” ungkap Mahasiswi Magister Manajemen Pendidikan Matematika itu.

Ia menegaskan, tidak ada rasa bangga tanpa usaha dan tidak ada rasa puas tanpa kerja keras. “Jika masih ada yang bisa saya lakukan ya lakukan! Kalau masih ada kesempatan kejar kesempatan itu!” begitu tekadnya.

Semua Hal Harus dilalui dengan Berproses

Dalam hidup ini, menurutnya, semua hal harus dilalui dengan berproses, berjuang, dan terus berusaha. Ketika jalan yang dilalui terasa susah, maka tidak boleh mudah menyerah dan tetap teguh berdiri.

Ia membuktikannya sendiri. Ketika proses studi berjalan, ia mengajar privat anak-anak setiap kali tidak ada jam perkuliahan. Waktu yang terbatas mendorongnya untuk mendahulukan prioritasnya, yakni kuliah.

Sebab, katanya, tujuannya ke ibukota Jawa Barat itu ya tidak ada yang lain kecuali kuliah. Dengan begitu, ia secara sigap mengerjakan tugas-tugasnya mengingat itulah yang paling penting.

“Bagi saya prioritasnya adalah kuliah sehingga setiap ada tugas langsung saya kerjakan karena memang tujuan saya merantau ke Bandung untuk belajar, baru setelah selesai mengerjakan semua tugas kuliah, langsung saya gunakan waktu yang tersisa untuk bekerja semaksimal mungkin,” katanya.

Selalu Memotivasi Diri

Ketika malas mulai datang, ia sebisa mungkin mengembalikan pikirannya ke tujuan dan hal yang ingin dicapainya dan memikirkan konsekuensi dari perbuatannya. Hal demikian itulah yang membuatnya kembali pada jalur menuju tujuannya, pekerjaannya pun bisa diselesaikan.

Bekerja menjadi sarana untuk menopang perkuliahannya. Hal ini pula yang dilakukannya ketika liburan setiap semester, yakni bekerja di suatu rumah makan di Kota Kembang. Saban pulang ke kampungnya, ia juga membantu orang tuanya berjualan gorengan.

Penulis: Syakir NF