Menjadi Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) Nasional di Istana Negara adalah impian semua anggota ekskul Paskibra di Indonesia, namun tak disangka kesempatan emas ini datang dua kali kepada Muhammad Asri Maulana.
Awalnya Hanya Ikut-ikut
Mulanya, Muhammad Asri Maulana hanya ikut-ikut saja di organisasi Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) saat Masa Orientasi Siswa (MOS) di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan. Pasalnya, rekan-rekan di kelasnya mendaftar organisasi tersebut. Ia turut mendaftar juga karena enggan kalah dengan teman-temannya.
Namun tak disangka-sangka, ia justru terpilih menjadi Paskibraka di Istana Kepresidenan, Jakarta. Bahkan tidak hanya sekali, ia berada di barisan pasukan yang didambakan banyak aktivis organisasi Paskibra itu dua kali, yakni tahun 2019 dan 2020. Tahun kedua itulah yang membuatnya semakin bersyukur karena tidak pernah terbayangkan sama sekali.
“2020 ini yang paling dominan gak nyangka. Kayak mimpi. Kita tahu Paskibraka itu satu kali seumur hidup. Bayangannya sekali saja. Jadi, kalau sudah selesai tugas, gak ada bayangan bertugas lagi,” katanya kepada Mading.id pada Minggu (5/9/2020).
Dalam bayangannya setelah purna tugas pada 2019, ia paling melatih adik-adiknya di tingkat kabupaten atau provinsi. “Bayangan Asri gitu aja kak. 2020 dipercaya lagi, alhamdulillah banget,” lanjutnya.
Pantang Menyerah dan Percaya Diri
Keberhasilannya menjadi Paskibraka itu tentu tidak bim salabim. Ia harus jatuh bangun menghadapi berbagai cobaan dan rintangan yang menghadangnya. Pernah sempat hendak menyerah karena latihan keras yang dilakukan setiap hari cukup membuatnya lelah. Bagaimana tidak, ia harus rela dijemur matahari sebagai bagian dari latihan fisik dan menerima teriakan pembinanya sebagai bentuk latihan mental.
“Kalau dibilang mau menyerah berhenti ikut Paskib, tapi ya udah setengah jalan gitu, kayak sia-sia kalau berhenti. Asri coba lanjutin terus. Alhamdulillah Asri terpilih saat seleksi di sekolah,” katanya.
Artikel terkait Paskibraka 2020, lihat Tak Ada Kata Penolakan untuk Emban Tugas Negara.
Saat hendak menyerah itu juga, Asri termotivasi orang tuanya yang sudah selalu mendukung pilihannya. Berbagai perlengkapan berorganisasi yang dibutuhkannya selalu dipenuhi. “Baju dan sepatu latihan, apa yang dibutuhkan itu langsung dibelikan. Pas mau menyerah, Asri pikir sia-sia,” katanya.
Ia pun terus bertahan dan bahkan dikirimkan ke tingkat kabupaten untuk mengikuti seleksi selama tiga hari. Bersama lima rekannya dari sekolah yang sama, ia terpilih ke tingkat provinsi. Lalu, ia berhasil lolos ke tingkat nasional, sedang lima rekannya berhasil menjadi pengibar di tingkat provinsi.
Alhamdulillah terpilih mewakili Kabupaten Hulu Sungai Selatan ke tingkat provinsi. Di provinsi itu seleksinya juga tiga hari. Syukur alhamdulillah mengirim enam lulus semua, satu nasional, lima provinsi. Itu sangat sejarah,” jelas pelajar yang bercita-cita menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Udara itu.
Percaya Diri Adalah Kunci
Asri menegaskan, modal terpenting dalam mengikuti proses menjadi Paskibraka adalah ketekunan dan tidak mudah menyerah. Jika saja ia menyerah, ujarnya, tentu tidak akan berada di posisinya sekarang. “Pede aja,” katanya.
Kepercayaan diri itu harus ditunjukkan dengan caper dalam arti positif. Ia mencontohkan saat penyeleksi meminta bantuan harus sigap memberikan bantuannya. Bisa juga ketika pembina meminta ada yang menghibur suasana istirahat, harus menampilkan diri. Menurutnya, hal tersebut memberikan poin tambahan bagi kita.
Percaya diri itu juga membuat diri tidak minder dengan kemampuan atau fisik orang lain yang terlihat lebih baik. Justru, lanjutnya, kita harus mengupayakan diri untuk menunjukkan bakat atau kemampuan unik dan lebih dari orang lain. “Seleksi kemarin juga banyak yang lebih dari Asri, lebih tinggi, lebih besar. Tapi semua itu juga harus ada usaha. Cari sesuatu yang di diri kalian itu yang lebih menonjol,” ujarnya.
Latihan Sebentar Lebih Melelahkan
Asri mengaku latihan Paskibraka di tahun 2020 ini lebih melelahkan ketimbang tahun 2019 lalu. Padahal, secara rentang waktu latihan, tahun ini lebih sebentar dari tahun lalu. Ia mensinyalir, sepinya pasukan menjadi penyebab utamanya. Dari 68 orang menjadi delapan saja. Di tahun lalu, ia tidur berdua dengan rekannya, tetapi sekarang harus sendiri demi menjaga keselamatan masing-masing. “Di kamar sendirian. Sepinya minta ampun,” katanya.
Di samping itu, saat jeda latihan tahun lalu, ia masih bisa berbincang dan bercanda dengan rekan-rekannya. Namun sekarang, ia harus menjaga jarak dengan timnya sehingga perbincangan pun harus dilakukan dengan sedikit mengeraskan suaranya karena ada jarak dua meter yang harus dijaga.
“Memang sih intensitas latihannya lebih banyak tahun kemarin 2019. Tapi nggak tahu sih bagi Asri lebih capai tahun 2020 ini. mungkin karena gak ada bercandanya, ngobrolnya, mungkin kayak pikiran ini lebih kebebani. Itu yang agak berat. Banyak boringnya,” jelasnya.
Penulis: Syakir NF