Segera setelah insiden penyerangan yang menimpa Syekh Ali Jaber (SAJ) di Lampung, media sosial riuh dengan berbagai informasi, doa, opini dan propaganda bahkan berlumur fitnah. Menkopolhukam mengambil langkah cepat segera menyambangi kediaman SAJ diiringi berita cukup menenangkan suasana.
Berbagai Isu Mulai Bermunculan
Berbagai narasi juga muncul di media sosial, ada yang mengaitkan dengan peristiwa yang menimpa mantan Menkopolhukam, ada yang bercerita tentang peristiwa serupa-bahkan lebih tragis- yang dialami para ulama terdahulu sampai pada apa yang menimpa Sahabat Umar, Utsman, dan Ali Radhiyallahu ‘anhum.
Adapula yang menceritakan apa yang menimpa para tokoh (pejuang) berbagai agama di banyak penjuru dunia, yang intinya menunjukkan kerawanan para tokoh pejuang itu.
Lalu menyusul informasi SAJ berkenan dikawal Banser dalam dakwahnya di Jawa Timur yang menyiratkan SAJ berangsur sehat walafiat dan Banser hadir di saat yang tepat.
Mungkin kita pernah menyaksikan rombongan santri datang berbondong-bondong ke bandara atau pelabuhan untuk menjemput kedatangan dan mengantar keberangkatan Kyainya. Ramai, konvoi dan memenuhi pelataran.
Atau di kesempatan lain tampak sahabat Banser mengawal Ulama dan yang sedang ceramah. Berbaris rapat, pagar betis, dan berdiri di sisi kanan-kiri. Terkesan berlebihan, bahkan kadang yang dikawal tampak lebih gagah dari pengawalnya.
Pengalaman Menghadiri Majlis di Malaysia
Semula saya kira itu khas pesantren, khas nahdliyin dan khas Indonesia.
Pada Oktober 2019 kami menghadiri majlis Habib Umar bin Hafidz di Kuching, Malaysia. Siapa yang tak kenal sosok Guru Mulia bernama lengkap al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafiz dari Hadramaut, Yaman.
Artikel terkait Ulama, lihat Moderasi Pembacaan Teks A-Ghozali yang diakui Yahudi.
Sosok alim, santun, berwibawa, dan ceramah-ceramahnya menyejukkan. Santrinya tersebar di berbagai penjuru dunia tak terkecuali Indonesia dan Malaysia.
Pengajian yang malam itu bertempat di kediaman seorang tokoh di sana ramai dihadiri pengunjung baik dari Indonesia maupun Malaysia. Tampak Habib Jindan Novel Jindan dan Habib Ali Zaenal Abidin sekaligus sebagai penerjemah, dan tentu banyak ulama terkemuka lainnya yang juga hadir.
Panitia juga Bertanggung Jawab atas Keamanan Ulama
Walaupun tak tampak pengamanan khusus ala Banser, tapi pengamanan panitia malam itu cukup ketat terhadap para ulama yang hadir apalagi terhadap Habib Umar dan rombongan.
Sejak kedatangan, mulai turun dari mobil sampai duduk di tempat yang telah disediakan tak lepas dari pengawalan panitia yang berbaris rapi di kanan-kiri. Begitu pula saat kepulangan.
Tidak semua jama’ah bisa bersalaman dengan beliau. Saya termasuk jama’ah yang malam itu tak dapat bersalaman langsung dengan beliau walaupun sangat ingin. Bahkan ada jama’ah yang “berteriak” saking antusiasnya ingin bersalaman dengan Habib Umar. Tetap tak bisa.
Panitia tentu pihak yang paling bertanggung jawab atas keamanan beliau karenanya tidak main-main dalam melakukan pengamanan. Protokol keamanan harus ditegakkan agar acara berjalan sesuai harapan dan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Peran Banser dan Santri
Apa yang telah dilakukan para santri terhadap gurunya, dan Banser terhadap ulama yang dikawalnya selain mengajarkan kepada kita bentuk akhlak santri kepada gurunya juga bentuk antisipasi untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi ulama dalam menyampaikan dakwahnya.
NU mengajarkan, Banser mempraktekkan. Maju terus, Sahabat.
Penulis: Subro