Perjalanan ke Asia Plateau (AP) di Panchgani-India, menyisakan kenangan yang tak terlupakan bagi saya.
Bulan Mei 2016 silam, saya berkesempatan untuk menghadiri sebuah Pelatihan Kepemimpinan (Leadership Training) dengan tema : 1st Lead for Change.
Saya berangkat bersama kedua rekan saya yang juga teman satu organisasi sampai sekarang, Initiatives of Change Indonesia.
Perjalanan saya menghadiri kegiatan tersebut berkenaan dengan penunjukkan saya sebagai ketua pelaksana pada program The 22nd Asia Pacific Youth Conference di Lembang 3 bulan setelahnya.
Ini tentu merupakan sesuatu yang menantang sekaligus menegangkan bagi saya karena ini adalah kali pertama saya melanglang ke India.
Perjalanan Terjal Menuju Asia Plateau
Perjalanan menuju AP bukan tanpa peluh. Mulai dari persiapan visa yang harus di urus secara daring, kemudian transit perjalanan yang harus membuat saya dan 2 orang teman saya kocar-kacir, sampai yang paling epic yaitu ditahan oleh petugas imigrasi di Chennai karena dituding salah apply visa.
Hal yang terakhir masih lekang di ingatan sampai sekarang. Saya dan 2 orang teman saya sempat di tahan di imigrasi Chennai setelah menempuh penerbangan hampir 2 jam dari Kuala Lumpur dengan alasan salah apply visa, yang seharusnya visa konferensi, malah visa kunjungan.
Hal tersebut membuat kami harus terdampar dan diinterogasi selama 3 jam lebih. Namun, setelah melalui proses negosiasi yang alot, akhirnya kami pun dipersilahkan untuk melanjutkan penerbangan selanjutnya menuju Pune.
Selama perjalanan pulang dan pergi Jakarta – Pune, banyak hal yang saya teladani dan pelajari.
Pusat Belajar Asia Plateau
Perjalanan saya ke India bukan untuk tujuan plesir, namun belajar. Yup! Belajar bagaimana menjadi seorang pemimpin yang bisa membawa sebuah perubahan, paling tidak perubahan untuk diri saya sendiri di masa depan.
Terkesan lebay memang. Namun, Asia Plateau merupakan tempat yang sangat luar biasa bagi saya untuk menggali potensi sekaligus mengembangkan diri menjadi pribadi seorang pemimpin.
Mungkin, sedikit dari sahabat Mading yang tahu tentang AP atau bahkan, baru mendengarnya sekarang. Kalau search di google, maka akan muncul penjelasan lengkap tentang Asia Plateau.
Asia Plateau adalah pusat belajar (learning center) yang didirikan sejak 1968 dan merupakan tempat dimana banyak kegiatan-kegiatan kepemudaan, konferensi-konferensi besar, hingga pusat internship diadakan. Malah, ada beberapa teman Indonesia saya yang mengambil internship di AP selama 6 (enam) bulan.
AP seolah menjadi sentral untuk kegiatan pelatihan di India. Panoramanya juga sangat mendukung dan menarik orang untuk sekedar datang berkunjung ke AP.
Trainer yang mengisi program pun bukan kaleng-kaleng, namun mereka memang sudah dilatih dan terlatih, malah sudah certified. Belajar selama empat hari disana serasa kurang bagi saya.
Selain itu, program-program yang ditawarkan juga beragam, mulai program untuk korporasi, siswa, guru, pemerintah, LSM, hingga pemuda, semua lengkap dan dikemas apik oleh tim AP.
Setiap minggu, pasti selalu ada 2-3 kegiatan di adakan di sana. Mungkin kalau di total sejak berdiri, sudah ribuan program dilaksanakan di AP.
Kursus 4 hari di Asia Plateau
Ada satu sesi yang membuat saya begitu sangat terkesan ketika mengikuti program 1st Lead for Change di AP, yaitu sesi Open Space.
Di sesi ini, para peserta diberikan kesempatan untuk menuangkan segala pikiran, imajinasi, dan tindakan (action) yang akan dilakukan sepulang dari program.
Sesi ini tidak mengekang peserta lain untuk harus mengikuti ide si A, si B, atau si C. Mungkin inilah aplikasi dari theory of mind (Gweon & Saxe, 2013).
Sejak saya tiba di AP, saya sudah takjub melihat fasilitas tempat pelatihan, serta program-program rutin yang ada di AP.
Di kegiatan yang saya ikuti, rangkaian kegiatan selama program benar-benar membuat saya menyelami apa arti simple and helpful life.
Setiap sesi benar-benar mencerminkan realita kehidupan sehari-hari tentang pentingnya ketulusan (purity), kejujuran (honesty), kepedulian (unselfishness), dan kasih sayang (love).
Empat hal tadi yang kemudian akan membentuk seseorang menjadi seorang pemimpin sejati. Sederhana memang, namun empat hal ini sering kali luput dari keseharian kita.
Saya pun mencoba menuliskan tentang keinginan saya untuk membuat kegiatan pelatihan kecil-kecilan di kampung halaman saya, Bangka.
Mencoba meniru sesuatu yang positif adalah hal yang baik, bukan?
Dan itu memang terlaksana dalam kurun waktu 2016 – 2019 ketika saya dan teman-teman saya membentuk sebuah komunitas, Bangka Berdaya Qur’an (BBQ), dengan berbagai macam kegiatan dan pelatihan kepada warga kampung, salah satunya pelatihan Kelas Bahasa Inggris sehari-hari.
Perjalanan jauh saya untuk belajar memang singkat, dan jauh. Sampai ada yang nyinyir, “jauh amat bro ikut konferensi ke sana, buat apaan?”.
Memang, susah dijelaskan dengan rangkaian kata. Namun, tindakan akan membuktikan hasil dari proses belajar tadi.
Bahasa kerennya “Talking less, doing more” (bukan promosi ya! Hehe…..). Sekian dulu cerita singkat saya di beranda Mading ini. Semoga bermanfaat bagi sahabat Mading semua. Salam takzim.*
Penulis: Yudi Septiawan
(Dosen STISIPOL Pahlawan 12 Bangka)