9 Strategi Pengembangan Moral untuk Anak Sejak Dini

1780
Foto: Shutterstock

Moral adalah salah satu aspek penting dalam diri manusia. Moral juga menjadi pembeda antara manusia dengan makhluk hidup lainnya. Dengan kata lain, jika seseorang tidak memiliki moral, maka sisi kemanusiaannya akan hilang.

Moral bukanlah sesuatu hal yang instan dan mudah untuk diperoleh. Ia semacam biji yang harus ditanamkan sejak dini kepada anak agar dapat tumbuh-berkembang hingga dewasa. Oleh sebab itu, penting bagi orangtua dan tenaga pendidik agar memahami strategi pengembangan moral anak. Apalagi fase anak-anak adalah suatu fase yang memerlukan sentuhan yang harus hati-hati, karena akan memengaruhi di masa dewasa.

Dalam konteks ini, pakar pendidikan asal Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Otib Satibi Hidayat dalam bukunya berjudul Pendidikan Karakter Anak Sesuai Pembelajaran Abad ke-21 (2020: 62-65) membagikan strategi-strateginya bagaimana moral dapat dikembangkan.

Menurut Otib Satibi Hidayat, strategi pengembangan moral pada anak bisa dilakukan sejak mereka masih berusia dini, yaitu saat berada di TK-A dan TK-B (golden age). Pada masa stimulasi seluruh aspek ini, perkembangan berperan penting untuk tugas perkembangan selanjutnya.

Selain itu, perlu disadari juga bahwa masa-masa awal kehidupan anak merupakan masa terpenting dalam rentang kehidupan seseorang anak, pertumbuhan otak mereka juga sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat (eksplosif).

Secara garis besar, Otib Satibi Hidayat menjelaskan bahwa strategi pengembangan moral yang perlu disiapkan di saat masa keemasan anak (0-6 tahun) adalah:

1. Menyiapkan lingkungan anak yang kondusif, bersikap edukatif, dan yang mampu memberikan stimulasi berbagai pengembangan, termasuk aspek pengembangan moral dan dukungan secara kolaboratif dari semua orang terlibat dalam penyelenggaraan yang pendidikan anak.

2. Menyusun program kegiatan bermain yang bernuansa penanaman moralitas yang sesuai dengan perkembangan dan kemampuan anak untuk melakukannya.

3. Menyusun program pembiasaan, khususnya dalam menanamkan pendidikan moral bagi anak disesuaikan dengan tingkat yang perkembangan dan kebutuhan anak.

4. Lakukan penilaian terhadap proses perkembangan moralitas anak untuk memantau tingkat keberhasilan dan perubahan sikap serta perilaku yang muncul setelah stimulasi dengan strategi di atas.

5. Menitikberatkan seluruh strategi pengembangan moral bagi anak, tahun pada kemampuan mereka dalam membantu dirinya sendiri, mengenal teman sebayanya, dan kemampuan bersosialisasi yang berawal dari kemampuan bermain soliter.

6. Menyiapkan berbagai kegiatan yang mampu menstimulasi kerja sama, toleransi, kejujuran dan kesetiakawanan sebagai sarana melatih agar anak bisa menghargai hak-hak orang lain.

7. Membawa anak ke dalam situasi nyata (real time) untuk mengenalkan pendidikan moral (field trip) pendukun.

8. Menyiapkan media yang memungkinkan anak dapat bekerja sama.

9. Menyusun program kepemimpinan kelompok sebagai landasan penanaman sikap leadership dan tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas.

Berangkat dari 9 strategi di atas, Otib Satibi Hidayat menekankan kepada para pendidik diharapkan akan mampu membentuk karakteristik anak dalam bersikap, berperilaku, berkata, dan sekaligus bersosialisasi sesuai dengan moralitas kehidupan bangsa yang telah disepakati bersama.

Lebih jauh, apabila keterlibatan semua pihak memiliki kepedulian yang tinggi dalam penyelenggaraan pendidikan moral, bukan suatu kemustahilan, kelak bangsa Indonesia akan tampil sebagai bangsa yang memiliki moralitas tinggi dan peradaban yang luhur sebagai buah dari kerja keras hari ini dalam mendidik dan mencerdaskan generasi bangsa Indonesia.

Para pendidik (baik orang tua, guru, pengasuh, atau pun orang dewasa lain yang ada di sekitar anak) juga memiliki peran sebagai stimulator yang perlu menyediakan lingkungan yang kondusif sehingga anak memiliki kesempatan untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya.

Dengan demikian, Otib Satibi Hidayat menegaskan bahwa tanpa partisipasi aktif dan kontribusi yang optimal dari semua pihak, sebaik apa pun strategi yang diterapkan, belum tentu akan memberikan dampak yang positif. Selain peran serta dari semua pihak, seyogianya semua pihak mampu memiliki komitmen (kesetiaan) dan konsisten (keajegan) dalam menjalankan seluruh program pengembangan moral anak. (MZN)